LAPK : Krisis Listrik Tak Akan Beranjak Dari Sumatera Utara

LAPK :  Krisis Listrik Tak Akan Beranjak Dari Sumatera Utara


Medan (Mimbar) - Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK) menduga krisis listrik tak akan beranjak dari Sumatera Utara, jika penanganan krisisnya dilakukan secara biasa-biasa saja. Artinya, jika tidak ada angkah cerdas, jitu dan cekatan, pemadaman listrik yang terjadi di wilayah Sumbagut masih tetap tak akan berakhir.

“Dipastikan Sumatera Utara tetap berpotensi sebagai lumbungnya krisis listrik. Sewaktu-waktu byarpet bakal terjadi, karena tidak ada jaminan pasokan listrik yang handal dimiliki PT PLN. Cerita defisit tak mungkin berakhir, kalau pemerintah masih bersikap diskriminatif." kata Direktur LAPK, Farid Wajdi kepada wartawan di Medan, Selasa (25/3).

Menurut Farid,masyarakat sudah pesimis, krisis dapat teratasi dengan segera kalau melihat model kebijakan dan langkah yang ada. Apalagi krisis listrik yang melanda Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) sudah terjadi sejak sembilan tahun silam atau pada 2005. Lalu mengapa faktor utama yang menyebabkan pemadaman listrik di wilayah tersebut tak kunjung dituntaskan? 

Dugaan bahwa petinggi PT PLN seperti menabur janji, tapi kemudian diingkari, memang terbukti. Setidaknya pascapengumuman PT PLN soal pemadaman listrik bergilir segera berakhir sama sekali tidak terbukti. Pemadaman listrik tetap terjadi secara sporadis dalam rentang waktu, volume dan tempat yang tidak terduga. 

Bahkan pada hari pertama pascapengumuman pada Rabu, (20/3) dan sesudahnya listrik tetap padam (byarpet). Pengaduan datang dari Belawan, Padang Bulan, Jl. Wahidin, dan lain-lain. Dari pola kerja dan komunikasi petinggi PT PLN Sumut dan petugas teknis lapangan tidak padu dan kurang koordinasi. Wajar kalau pihak PT PLN dianggap cuma melakukan unjuk kebolehan (show off) belaka.

“Buktinya masyarakat bebas dari byarpet cuma sebatas janji PT PLN belaka. Muncul pameo dimasyarakat betapa PT PLN begitu mudah berjanji semudah mengingkari. Seperti lidah tak bertulang. Masalahnya tidak langkah solutif pada kondisi listrik telah begitu parah tingkat pelayanannya. Tidak pula ada langkah tepat sebagai kebijakan darurat dalam situasi krisis. Tidak ada ada terobosan berani untuk memupus rantai krisis listrik” tegasnya.

Dikatakan Farid,Menteri telah berganti, gubernur telah bertukar, pejabat datang silih berganti, tetapi krisis sepertinya tetap abadi. Masalah utama PT PLN (Persero) adalah pertumbuhan konsumsi mencapai 10%-11% per tahun. Jadi, krisis listrik terjadi karena tidak seimbangnya penambahan pasokan listrik dengan pertumbuhan konsumsi listrik di wilayah tersebut.

“Luasnya wilayah Sumbagut dan kebutuhan konsumsi listrik yang cukup tinggi, membuat sulit memenuhi pasokan yang handal. Kalau akar utama tidak diatasi dengan baik, dipastikan krisis listrik tetap membelit Sumbagut. Lantas, Bagaimana memenuhi pertumbuhan listrik tersebut, jika tidak diimbangi dengan pasokan listrik yang cukup.” ujar Farid. (07) 

Comments

Popular posts from this blog

Bagian Proyek Jalan Rp 2,7 T di Paluta dan Palas Start Bulan Ini

EDY RAHMAYADI MINTA MAAF SOAL PERNYATAAN MAJU LAGI PILGUBSU

Hendri CH Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Periode 2023-2028 di Kongres XXV di Bandung