Listrik Sumut Harus Pembangkit Baru
Listrik Sumut Harus Pembangkit Baru
Medan (Mimbar) Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan
Konsumen (LAPK) Farid Wajdi menilai pilihan tambah daya dengan pembangkitan
baru adalah pilihan mutlak untuk mengatasi krisis listrik di Sumut.
Pasalnya,program sewa genset hanya sekadar program jangka
pendek karena tidak ada satupun ”resep” yang dapat mengobati krisis kronis
sistem kelistrikan.
" Solusi cerdas dan terukur untuk menuntaskan
krisis listrik tak kunjung terealisiasi. Soalnya petinggi PLN telah jenuh dan
tak mampu lagi mengatasi krisis listrik.Pilihan tambah daya dengan pembangkitan
baru adalah pilihan mutlak." katanya di Medan,Kamis (3/10)
Menurut Farid,krisis listrik sudah begitu kronis. Untuk
mengelola listrik saat ini diperlukan tenaga segar, muda, jujur, andal dan
bernurani. Jika tidak, Sumut hanya akan menjadi lumbung masalah seperti yang
ada saat ini karena petinggi PLN dan pemerintah tidak memiliki ’sense of
crisis’, semua sia-sia belaka.
Pemadaman listrik telah ’memantik’ rasa gusar yang sudah
lama dipendam masyarakat.Hanya saja, luapan aspirasi emosi itu entah disalurkan
ke mana warga sudah tak tahu. Nyaris signifikansi aksi itu tidak efektif untuk
mengurangi pemadaman bergilir. Kecuali sekadar mempermalukan para petinggi
perusahaan ‘plat merah’ itu.Sayangnya, rasa malu itupun kini makin menipis,
seiring dengan tipisnya rasa tanggungjawab hukum dan moral para politisi negeri
ini.
"Meskipun pemadaman bergilir telah diberitahukan kepada
pelanggan tidak berarti petinggi PLN dapat memadamkan listrik begitu saja.
Seharusnya ada jadual yang terukur, misalnya soal kapan, di mana dan berapa
lama listrik di suatu kawasan dipadamkan.Kesalahan fatal pemadaman bergilir
selain listrik padam adalah jadual giliran yang amburadul. Irama listrik
‘byar-pet’ harusnya dapat diakses pelanggan, sehingga dapat menyesuaikan agenda
dan aktivitas kerja." katanya
Untuk kesekian kalinya petinggi PT PLN di regional Sumut
‘membohongi’ warga Sumatera Utara. Betapa tidak, dihadapan publik, mereka
seolah berkomitmen tidak bakal ada lagi pemadaman bergilir pascaramadan 1434 H.
Belakangan deadline waktu November 2013 merupakan batas
terakhir listrik ‘byarpet’ secara bergilir. Tetapi sekali lagi warga Sumut
bakal gigit jari dan mengurut dada. Sekaligus tersandera untuk menelan pil
pahit kebohongan perusahaan ‘plat merah’ bidang setrum itu.
Pengalaman ujar Farid menunjukkan janji petinggi PLN selalu
meleset. Sebab itu warga Sumut sebaiknya jangan terlalu banyak berharap agar
tidak kecewa dan terus terluka.
Masalahnya, selama ini realisasi kalau listrik tidak bakal
byarpet lagi cuma isapan jempol belaka. Bahkan klaim aman dan tidak ada defisit
untuk pelanggan umum, cuma sekadar aksesoris publikasi media. Betapa tidak,
meski pelanggan sudah bosan dengan janji, masih ada secuil harapan dari
petinggi PLN.
Klaim dan janji itu merupakan dokumen hukum dan sosial yang
harusnya dipertanggungjawabkan.
Entah kecap apalagi yang mau dijual petinggi PLN. Defisit
energi atau mental buruk? Kalau sudah mental buruk, sulit diperbaiki. Sebab
sudah karatan. Lalu, belajar dari pola penanganan krisis listrik selama
limabelas tahun belakangan, tampaknya masalah bakal makin rumit.
"Percuma menunggu janji, toh yang ada tak lebih dari
sekadar kebohongan belaka. Tak enaknya lagi saat puncak krisis , petinggi PT
PLN malah meminta agar masyarakat mendesak agar Inalum disulap menjadi
pemangkitan lsitrik. Usulan yang mengesankan masyarakat dihadapkan dengan
Inalum. Terkesan petinggi PLN lepas tangan dan menyembunyikan fakta bahwa
perusahaan telah dikelola dengan manajemen salah urus." ujar Farid (07)
Comments
Post a Comment