Wagub Buka IPOS Forum 2019, Petani Sawit Diminta Manfaatkan Dana Hibah Rp25 juta/Ha untuk Replanting
Wagub Sumut Musa
Rajekshah membuka secara resmi acara Indonesian Palm Oil Stakeholder Forum ke-4
(IPOS Forum 2019) di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Jalan
Kapten Maulana Lubis Nomor 7, Medan, Kamis (25/7).
MEDAN – Wakil
Gubernur Sumatera (Wagub Sumut) Musa Rajekshah meminta para petani kelapa sawit untuk memanfaatkan dana dana hibah dari Badan Pengelolaan Dana Perkebunan
Sawit (BPDPKS) sebesar Rp25 juta/hektare (ha) untuk peremajaan (replanting)
kelapa sawit. Sehingga produksi sawit petani dapat terus ditingkatkan.
Dana hibah Rp25 juta/ha itu disiapkan BPDPKS untuk
peremajaan kelapa sawit perkebunan rakyat. Untuk mendapatkannya tidak terlalu
sulit, pemohon harus merupakan anggota kelompok tani, surat tanah berstatus
Sertifikat Hak Milik, KTP dan kemudian BPDPKS akan melakukan verifikasi lahan.
“Ada dana hibah dari pemerintah pusat untuk
replanting kelapa sawit, tetapi dari pengamatan saya tidak banyak petani kita
yang memanfaatkan itu. Padahal itu sangat lumayan, bayangkan rata-rata kita
butuh sekitar Rp40 juta untuk replanting kelapa sawit per hektarnya, pemerintah
menyiapkan Rp25 juta, tentunya itu akan sangat membantu. Kita malah lebih
berani meminjam ke bank padahal ada yang free,” kata Wagub Musa Rajekshah
ketika membuka secara resmi acara Indonesian Palm Oil Stakeholder Forum ke-4
(IPOS Forum 2019) di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Jalan
Kapten Maulana Lubis Nomor 7, Medan, Kamis (25/7).
IPOS Forum merupakan wadah bagi pada stakeholder
perkelapasawitan nasional untuk mendiskusikan isu-isu utama sawit nasional
hingga ke rencana aksi. Mendiskusikan tema seperti Percepatan Program Sawit
Rakyat, Keamanan Perkebunan, Percepatan Program ISPO, Perda dan sebagainya.
Tujuannya, untuk menemukan solusi atau kesepakatan bersama atas isu-isu yang
diangkat dalam forum ini. Dan ini merupakan agenda tahunan GAPKI yang sudah
dilakukan sejak tahun 2016.
Musa Rajekshah juga berharap petani-petani sawit
bisa menanam sawit dengan baik, demi kesinambungan dan produktivitas sawit itu
sendiri. Juga tetap memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Teknologi terus berkembang, teknologi replanting
juga berkembang, sekarang ada bibit sawit yang bisa menghasilkan lebih cepat.
Kita perlu mengikuti perkembangan tersebut. Selain itu kita juga harus
melibatkan masyarakat, perkebunan sawit harus bermanfaat untuk masyarakat
sekelilingnya, bisa dengan pola intiplasma atau CSR,” tambah Wagub.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum I (Urusan
Organisasi) GAPKI Kacuk Sumarto merasa perlu adanya perubahan signifikan di
kelapa sawit saat ini dan salah satunya adalah mengembalikan marwah Sumut
sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Karena menurutnya Sumut
memang memiliki segala hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan kelapa sawit yang
unggul.
“Perkiraannya ada penurunan ekspor kelapa sawit
sekitar 20 juta ton tahun depan karena adanya upaya mencari pengganti produk
kelapa sawit dan itu sudah dilakukan Uni Eropa. Karena itu kita perlu
mengembalikan kejayaan kelapa sawit dan marwah kelapa sawit itu ada di Sumut.
Bila kita kembalikan marwah ini kepada Sumut, kejayaan kelapa sawit akan
kembali lagi,” kata Kacuk.
Turut hadir di acara tersebut Kadis Perkebunan
Pemprov Sumut Herawaty, para pengurus GAPKI Sumut dan Aceh, petani sawit Sumut
dan Aceh, pimpinan perusahaan sawit, serta undangan lainnya.**
Comments
Post a Comment