Bangkitkan Rasa Optimisme Bangsa
Bangkitkan Rasa Optimisme Bangsa
Medan,
(Mimbar) - Peringatan 85 tahun Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 - 28
Oktober 2013 harus dimaknai sebagai gerakan membangkitkan rasa optimisme dan
percaya diri pada sanubari generasi muda bahwa melalui peringatan inilah
sesungguhnya cikal bakal bangsa ini dibangun.
Hal
ini diutarakan Gubernur Sumatera Utara H Gatot Pujo Nugroho melalui Kepala
Dinas Kominfo Sumut Jumsadi Damanik saat membuka Diskusi Panel Peringatan Hari
Sumpah Pemuda ke-85 tahun 2013 di Aula Transparansi Dinas Kominfo Sumut Jl HM
Said Medan, Rabu (23/10/2013).
Diskusi
ini menghadirkan pemakalah Prof Khairil Ansari (PR-I IAIN Sumut), Dr H
Arifinsyah MA (Sekjen Forum Pembaruan Kebangsaan Sumut), Dedi Iskandar Batubara
SSos, SH, MSP (Sekjen DPD KNPI Sumut), moderator Ricky Banke, dan puluhan
peserta dari organisasi kepemudaan, unsur mahasiswa, pelajar, serta PNS di
jajaran Pemprov Sumut.
Dalam
acara, Gubsu menekankan bahwa diskusi panel ini sangat penting dan strategis
sebagai upaya mereaktualisasikan jiwa dan semangat Hari Sumpah Pemuda agar tetap
relevan di tengah perubahan zaman.
Tak
hanya itu, Gubsu juga memandang acara seperti ini sebagai upaya serius dalam
menjaga integritas, karakter bangsa dan semangat nasionalisme di tengah
berbagai persoalan yang melanda Bangsa Indonesia, baik yang datang dari dalam
negeri maupun sebagai akibat dari interaksi global.
“Dari
diskusi panel ini diharapkan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat,
khususnya kepada para generasi muda tentang makna memperingati Hari Sumpah
Pemuda. Di mana kita harus terus membangkitkan rasa optimisme, percaya diri dan
tentu sambil terus berusaha, karena melalui itulah sesungguhnya cikal bakal
bangsa ini dibangun,” kata Gubsu.
Sedangkan
Prof Khairul Ansari dalam kesimpulan makalahnya menekankan tiga hal penting
yang harus menjadi perhatian seluruh elemen bangsa terkait peringatan 85 tahun
Hari Sumpah Pemuda.
Yakni
harus kembali melakukan proses penyadaran diri bahwa sesungguhnya Bangsa
Indonesia akan besar oleh jati dirinya sendiri. Kemudian menjunjung tinggi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan menumbuhkan rasa percaya diri
bagi pemuda untuk tampil kritis terhadap sekat-sekat yang terjadi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Lihatlah
Jepang yang besar dengan bahasanya, Cina dengan bahasanya sendiri, dan Prancis
dengan bahasanya, serta banyak negara-negara lain yang juga besar karena bangga
dengan bahasanya. Indonesia juga harus seperti itu, dan motor penggeraknya ada
pada pemuda sebagai generasi penerus bangsa,” ujarnya.
Demikian
pula Dr Arifinsyah. Dalam makalahnya, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Sumut ini juga menekankan tiga hal penting untuk menjadi perhatian dalam
memaknai peringatan 85 tahun Hari Sumpah Pemuda.
Ketiga
hal itu adalah wawasan kebangsaan, wawasan keagamaan, dan wawasan keilmuan.
“Tiga hal ini menjadi kunci dalam memaknai peringatan Hari Sumpah Pemuda agar
tidak tidak menjadi kegiatan seremonial,” jelasnya.
Sebagai
contoh, lanjut Dr Arifinsyah, Indonesia yang dihuni 726 etnis/suku yang berdiam
di 17.540 pulau, sehingga memiliki penduduk keempat terbesar di dunia dengan
jumlah 250 juta lebih dengan 250 agama/kepercayaan yang hidup berdampingan,
akan menjadi potensi konflik yang mengancam kedaulatan NKRI, kalau tidak
dikelola dengan penguatan ketiga wawasan tersebut. (04)
Teks
Foto A :
Kepala
Dinas Kominfo Sumut Jumsadi Damanik saat memberikan sambutan pada pembukaan
acara Diskusi Panel Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-85 Tahun 2013 di Aula
Transparansi Dinas Kominfo Sumut, Rabu (23/10/2013) (ist)
Comments
Post a Comment