Marga Lubis Perekat Persaudaraan Bangsa


H Nurdin Lubis, H Arsyad Lubis dan H Riadil A Lubis :

Marga Lubis Perekat Persaudaraan Bangsa

Tiga sesepuh dan tokoh masyarakat Sumut marga Lubis, masing-masing H Nurdin Lubis SH MM, DR H Arsyad Lubis MM dan Ir H Riadil A Lubis MSi menyambut hangat dilantiknya kepengurusan Himpunan Keluarga Marga Lubis. Mereka optimis forum ini  benar-benar berfungsi sebagai perekat dalam menjalin persaudaraan di antara berbagai etnis yang ada di Indonesia.

Secara terpisah saat berbincang dengan Mimbar Umum di Medan, Nurdin Lubis yang juga dikenal selaku tokoh birokrat senior Sumut dengan jabatan terakhir Sekda Provinsi Sumut menuturkan melalui pelantikan pengurus ini kita dapat  menyatukan semangat dan tekad untuk bekerja lebih baik bagi nusa dan bangsa.

“Saya optimis setiap kegiatan seperti ini tetap berada dalam koridor persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga tidak memunculkan hegemoni marga secara berlebihan, yang bisa menimbulkan sikap etnosentris yang sempit. Apabila hal ini tetap menjadi landasan berpijak kita, masyarakat semakin yakin bahwa memang benarlah warga ‘Lubis’ selama ini dikenal sebagai marga yang terbuka dan memegang teguh prinsip-prinsip solidaritas,” ujarnya.

Arsyad Lubis yang kini menjabat Kepala Bappeda Provinsi Sumut dan pernah Pj Bupati Mandailing Natal juga percaya prinsip dasar ini telah terpatri dengan kuat dalam hati setiap sanubari keluarga besar marga Lubis, sebab pada hakekatnya hal ini sejalan dengan sikap keluarga besar “Lubis” yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan ajaran agama, yakni budaya yang santun dan ramah, yang mengajarkan untuk menghargai hak orang lain, yang mengajarkan demokrasi, serta mengajak hidup dalam tatanan yang tertib, bekerja keras dan konsekuen dalam bersikap.

Riadil A Lubis yang kini Staf Ahli Gubernur Sumut dan pernah antara lain Kepala Bappeda Sumut dan Pj Walikota Binjai mengemukakan keberadaan organisasi ini bukan hanya berguna bagi masyarakat marga Lubis, melainkan juga bagi bangsa dan negara, terutama dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya makna kebudayaan dan menghayati adat istiadat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengalaman bangsa kita akhir-akhir ini katanya memberikan pemahaman bahwa setiap kali salah satu sektor kehidupan kita mulai terlepas dari konteks kebudayaan dan adat istiadat leluhur, maka di situ akan muncul benih-benih konflik sosial yang jika tidak hati-hati akan mengembang dan mengarah kepada konflik horizontal.

Lagipula, kenyataan faktual yang harus kita terima, bahwa Sumatera Utara merupakan daerah yang sangat heterogen, baik dipandang dari etnis, agama, ras, dan antar golongan.  Kondisi faktual ini, di satu sisi merupakan potensi SDM yang cukup handal, namun di sisi lain, mengandung simpul-simpul kerawanan yang berpotensi konflik cukup tinggi apabila disikapi dengan sentimen-sentimen primordial dalam arti sempit.

“Tentunya kita semua berharap, heterogenitas ini dapat kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif guna mempercepat kemajuan daerah kita. Sebab pada hakekatnya, keanekaragaman ini merupakan khasanah kekayaan yang harus didayagunakan untuk kemaslahatan ummat. Itulah sebabnya, penguatan budaya lokal harus terus kita kembangkan secara serempak, seimbang dan berkesinambungan, sehingga penguatan-penguatan ini tidak mengarah kepada eksklusivisme dalam arti sempit,” ujarnya.

Mereka mengemukakan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sangat merespon dan terus mendorong semua pemuka adat dan para sesepuh serta tokoh masyarakat dari seluruh etnis yang ada untuk giat mengembangkan budaya lokal, sekaligus memperkuat penghayatan kepada masyarakat bahwa salah satu tugas bersama kita saat ini ialah berupaya sekuat tenaga untuk meredam atau mencegah terjadinya konflik sosial terutama yang dipicu oleh hal-hal yang berhubungan dengan sentimen primordial.

Nurdin Lubis mengemukakan meskipun kita bersyukur Sumatera Utara tetap kondusif dan dijadikan sebagai barometer ketenteraman di Indonesia hingga saat ini, namun kita harus akui bahwa beberapa indikasi masih terus membayangi, terutama ancaman dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi tidak kondusif.

Peranan unsur-unsur strategis dalam masyarakat terutama pemuka agama dan tokoh etnis sebagai pemimpin informal di tengah-tengah masyarakat, tentunya sangat dominan untuk menangkal upaya provokasi pihak tak bertanggung jawab itu, sekaligus menggiring agar daerah ini tetap aman, tertib, tenteram, dan nyaman.

Semua komponen masyarakat termasuk masyarakat marga Lubis katanya diharapkan dapat terus berperan untuk melestarikan adat istiadat, nilai-nilai etika dan budaya leluhur, guna membentuk masyarakat yang berbudi luhur, berbudaya, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, taat aturan dan hukum, demokratis dan religius. Dalam hal ini masyarakat marga Lubis diharapkan terus mengambil peran yang lebih besar dalam proses pembangunan dan kemasyarakatan di daerah ini.

Arsyad mengemukakan bagi masyarakat marga Lubis sesungguhnya berpegang teguh kepada adat istiadat berarti juga berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Budaya bangsa kita mengajarkan kerukunan, tidak memaksakan kehendak, persaudaraan, kasih sayang, berani menyampaikan kebenaran, bersikap tertib, disiplin, bersih, serta jauh dari kemunafikan dan kemaksiatan. Dengan pemahaman dan pengamalan budaya itu, kita akan mendapat ketenangan dan keselamatan.

“Pendekatan sosial-budaya seperti ini, saya nilai sangat cerdas, karena pendekatan ini, selain memberi sentuhan emosional, juga memperkuat rasa persatuan di antara kita. Hal ini penting, karena sebagai makhluk budaya, kita semua memerlukan penyegaran-penyegaran kultural, sehingga oleh kekuatan baru tersebut kita lebih sungguh-sungguh mengabdikan diri bagi kepentingan masyarakat,” ujarnya.

Riadil A Lubis mengemukakan salah satu tugas bersama kita saat ini ialah berupaya sekuat tenaga untuk meredam atau mencegah terjadinya konflik sosial terutama yang dipicu oleh hal-hal yang berhubungan dengan sentimen primordial seperti suku dan agama.

Dalam hal ini, peranan unsur-unsur strategis dalam masyarakat terutama pemuka agama dan tokoh-tokoh etnis tentunya sangat dominan untuk mengawal agar Sumut tetap aman, tertib, tentram, dan nyaman.

Semua komponen masyarakat termasuk keluarga besar Lubis diharapkan dapat terus berperan untuk melestarikan adat istiadat, nilai-nilai etika dan budaya leluhur, guna membentuk masyarakat yang berbudi luhur, berbudaya, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, taat aturan dan hukum, demokratis dan religius. (Zulfikar Tanjung)

Comments

Popular posts from this blog

Bagian Proyek Jalan Rp 2,7 T di Paluta dan Palas Start Bulan Ini

EDY RAHMAYADI MINTA MAAF SOAL PERNYATAAN MAJU LAGI PILGUBSU

Hendri CH Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Periode 2023-2028 di Kongres XXV di Bandung