Inspirasi Budaya Religius

Inspirasi Budaya Religius
 
Inspirasi budaya religius sangat relevan direnungkan dewasa ini terutama dalam memaknai rasa syukur dan mampu memberi arti bagi keberadaan kita di tengah-tengah semakin derasnya perkembangunan global dan informatika.

Kesabaran dan rasa syukur adalah kemampuan seseorang untuk memaknai segenap peristiwa maupun situasi yang melingkupinya, baik yang berdampak positif maupun negatif bagi dirinya. Ia adalah kemampuan dan kepekaan untuk melihat dan menafsirkan makna di balik kenyataan yang dihadapi, beserta hasrat untuk mengungkap makna tersebut.

Sebagai contoh adalah hubungan antara kegagalan dan putus asa. Tak sedikit orang yang tidak mampu memaknai kegagalan dengan perspektif positif. Hal ini mengakibatkan dirinya terkungkung dalam rasa frustasi, yang menyebabkannya berhenti berusaha. Bahkan banyak yang memilih hal-hal destruktif untuk keluar dari rasa frustasi tersebut.

Namun tidak sedikit juga yang dapat memaknai kegagalan dengan perspektif positif. Kegagalan yang dialami dimaknainya sebagai jalan dan tahapan menuju keberhasilan. Perspektif ini adalah lawan dari putus asa, yang memaknai kegagalan sebagai kehancuran total. Orang yang memiliki kemampuan memaknai secara positif sebuah kegagalan justru akan memicunya untuk melakukan refleksi internal dan mengubah kegagalan menjadi energi positif yang memotivasinya untuk meraih keberhasilan.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kesabaran dan rasa syukur seseorang. Pertama adalahKeyakinan. Kata yakin berasal dari bahasa arab yang bermakna pasti. Lebih jauh lagi ia bermakna percaya secara totalitas, tanpa adanya keraguan sedikitpun. Sama halnya, ketika kita meyakini adanya matahari, kita meyakini keberadaannya tanpa keraguan sedikitpun.

Seorang yang cerdas secara spiritual memiliki keyakinan yang kuat untuk memberikan tafsir positif atas apapun kejadian yang menimpa dirinya. Seperti juga Panglima Sudirman yang harus memimpin pasukannya bergerilya keluar masuk hutan walau kondisi fisik beliau sudah amat parah. Beliau bergerilya dengan satu paru-paru, dan bahkan ia pun harus ditandu.

Lawan yang dihadapinya juga bukan sembarangan. Bisa disebut tidak seimbang dari aspek teknologi kemiliteran dan pendanaan. Keyakinannyalah yang membuatnya tetap berbahagia dan menemukan makna kehidupan. Ia meyakini bahwa perjuangan menegakkan kedaulatan negara merupakan perjuangan dan ada ganjaran sangat besar dari Tuhannya, Allah SWT.

Selanjutnya faktor kedua adalah Kesabaran. Sabar berasal dari bahasa arab, yang bermakna menahan diri dari keluh kesah ketika menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan kesabaran, seseorang manusia mampu memberikan perspektif positif atas kenyataan hidup yang merugikan dirinya.

Dengan kesabaran, seorang manusia akan didorong untuk belajar dari kesalahan dan memperbaikinya(learning and improvement). Kedua hal ini, belajar (learning) dan mempaerbaiki diri (improvement) telah membuat toyota menjadi raksasa otomotif dunia yang mampu menggeser dominasi perusahaan otomotif Amerika di negerinya sendiri.
Kesabaran akan membuat seseorang memaknai kejadian yang tak diharapkan dengan belajar(learning). Bahkan lebih jauh lagi, mendorongnya untuk melakukan langkah-langkah perbaikan(improvement) untuk langkahnya di masa depan. Sebaliknya, tanpa kesabaran seorang manusia akan berhenti belajar (stop to learn) dan berhenti untuk memperbaiki diri (stop to improve) ketika musibah menimpa dirinya. Apalagi jika ia sampai terjebak kedalam jurang putus asa, maka pertarungan telah selesai sebelum dimulai alias kalah sebelum bertarung.
Faktor ketiga adalah Syukur. Syukur bermakna mengakui segenap kenikmatan yang didapat, bahwa ia berasal dari Allah SWT dan menggunakan kenikmatan tersebut di atas jalan yang diridhai-Nya. Syukur sangat bermanfaat bagi manusia untuk memaknai sebuah kesuksesan atau keberhasilan hidup. Sebab, batas antara keberhasilan dan kegagalan kadang kala sangat tipis. Seringkali seseorang yang berhasil namun gagal memaknainya, akan menyebabkan dia sombong, lengah dan merasa aman. Akibatnya, ia akan terjerumus dalam kegagalan.
Ketiga faktor tersebut, Keyakinan, Kesabaran dan Syukur adalah fondasi dari kecerdasan religius pada diri seseorang. Keyakinan terhadap sebuah makna dibalik realitas kehidupan telah membentuk kesabaran dalam menghadapi kejadian yang diharapkan. Karena manusia tak lepas dari kedua kondisi tersebut, untung atau rugi dan lapang atau sempit, ketiga faktor itu pasti membantu manusia dalam memaknai setiap realitas secara positif.

Comments

Popular posts from this blog

Bagian Proyek Jalan Rp 2,7 T di Paluta dan Palas Start Bulan Ini

EDY RAHMAYADI MINTA MAAF SOAL PERNYATAAN MAJU LAGI PILGUBSU

Hendri CH Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Periode 2023-2028 di Kongres XXV di Bandung