Bertahan Sambil Kumandangkan Azan dan Lantunkan Kidung Rohani
Selamat dari Musibah Kapal Karam, 2 PNS Tuturkan Kisah ke Gubsu
Bertahan Sambil Kumandangkan Azan dan Lantunkan Kidung Rohani
MEDAN - Dua pria ini selamat setelah dua jam mengambang di lautan. Dengan menggunakan kayu serpihan kapal mereka terus berjuang di antara hidup dan mati di tengah ganasnya perairan Samudera Hindia.
Selama dua jam itu
mereka menyaksikan bagaimana rekan-rekan mereka tenggelam dilumat ombak
dan satu persatu kemudian mengambang. Selama dua jam terombang-ambing
di lautan mereka hanya bisa pasrah sembari terus mengumandangkan azan
dan melantunkan kidung-kidung rohani.
Mereka adalah Fajri staf Biro Otda dan Sadiman staf Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Keduanya adalah penumpang selamat dari kecelakaan perahu yang menewaskan delapan PNS tewas Pemprov Sumut dan Pemkab Nias Selatan di Perairan Pulau Telo, Nias Selatan, 6 September lalu.
“Saya hanya ingat Allah,” kata Fajri menjawab pertanyaan Gubsu H Gatot Pujo Nugroho soal apa yang ada di pikiran para mereka selama dua jam terkatung-katung di laut. Demikian juga Sadiman yang spontan menjawab, ”Hanya ingat yang di atas Pak”.
Kedua PNS ini menceritakan pengalamannya saat diundang Gubsu dan istri Hj Sutias di kediaman resmi, Minggu (14/9). Fajri dan Sadiman didampingi keluarga serta Kepala Biro Pemerintahan Umum Nouval Makhyar dan Kepala Biro Otda Jimmy Pasaribu.
Kepada Gubsu keduanya menceritakan pengalaman dan pergolakan batin selama terkatung-katung di samudra lepas. “Kami bergerak sekitar pukul 15.45 WIB dari Pulau Sibaranun menuju Pulau Sipika, dan rencananya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Telo,” ujar Fajri mengawali kisah pengalamannya sebagai anggota tim peninjau dalam rangka melakukan penilaian kecamatan terbaik di Kecamatan Pulau-pulau Batu Kabupaten Nias Selatan.
Untuk menjalankan tugasnya, tim yang terdiri atas aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemkab Nias Selatan ini menumpang tiga perahu. Perahu naas yang ditumpangi mereka tumpangi berada di urutan belakang.
Setelah berlayar,rombongan berniat singgah ke Pulau Sipika untuk melihat potensi pedesaan di pulau tersebut dan rencananya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Telo. Namun sekitar 300 m sebelum bersandar di Pulau Sipika, tepatnya pukul 16.00 WIB tiba-tiba datang ombak setinggi lebih kurang 5 meter dari arah belakang langsung menghajar kapal kayu yang ditumpangi 11 penumpang dan satu awak ini.
“Ombak pertama membuat kapal kayu terendam air dan disusul ombak kedua langsung membuat perahu terbalik," tutur Fajri. Perahu yang ditumpangi pun pecah. Beruntung Fajri dan Sadiman serta seorang PNS asal Pemkab Nias berhasil berhasil meraih pecahan bagian kapal kayu.
Ketiganya
pun berpegangan kuat pada pecahan kapal, sebisanya melawan lelah untuk
dapat terus hidup. Fajri bahkan sempat mencoba menyelamatkan salah
seorang korban, namun tidak berhasil karena yang bersangkutan meronta
panik dan akhirnya tenggelam. Fajri juga sempat memanggil seorang rekan
lainnya yang berada beberapa belas meter. "Saya teriak panggil-panggil
dia untuk merapat, tapi dia kelihatan bingung kemudian tak kelihatan
lagi," ujar Fajri.Mereka adalah Fajri staf Biro Otda dan Sadiman staf Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Keduanya adalah penumpang selamat dari kecelakaan perahu yang menewaskan delapan PNS tewas Pemprov Sumut dan Pemkab Nias Selatan di Perairan Pulau Telo, Nias Selatan, 6 September lalu.
“Saya hanya ingat Allah,” kata Fajri menjawab pertanyaan Gubsu H Gatot Pujo Nugroho soal apa yang ada di pikiran para mereka selama dua jam terkatung-katung di laut. Demikian juga Sadiman yang spontan menjawab, ”Hanya ingat yang di atas Pak”.
Kedua PNS ini menceritakan pengalamannya saat diundang Gubsu dan istri Hj Sutias di kediaman resmi, Minggu (14/9). Fajri dan Sadiman didampingi keluarga serta Kepala Biro Pemerintahan Umum Nouval Makhyar dan Kepala Biro Otda Jimmy Pasaribu.
Kepada Gubsu keduanya menceritakan pengalaman dan pergolakan batin selama terkatung-katung di samudra lepas. “Kami bergerak sekitar pukul 15.45 WIB dari Pulau Sibaranun menuju Pulau Sipika, dan rencananya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Telo,” ujar Fajri mengawali kisah pengalamannya sebagai anggota tim peninjau dalam rangka melakukan penilaian kecamatan terbaik di Kecamatan Pulau-pulau Batu Kabupaten Nias Selatan.
Untuk menjalankan tugasnya, tim yang terdiri atas aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemkab Nias Selatan ini menumpang tiga perahu. Perahu naas yang ditumpangi mereka tumpangi berada di urutan belakang.
Setelah berlayar,rombongan berniat singgah ke Pulau Sipika untuk melihat potensi pedesaan di pulau tersebut dan rencananya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Telo. Namun sekitar 300 m sebelum bersandar di Pulau Sipika, tepatnya pukul 16.00 WIB tiba-tiba datang ombak setinggi lebih kurang 5 meter dari arah belakang langsung menghajar kapal kayu yang ditumpangi 11 penumpang dan satu awak ini.
“Ombak pertama membuat kapal kayu terendam air dan disusul ombak kedua langsung membuat perahu terbalik," tutur Fajri. Perahu yang ditumpangi pun pecah. Beruntung Fajri dan Sadiman serta seorang PNS asal Pemkab Nias berhasil berhasil meraih pecahan bagian kapal kayu.
Selama dua jam yang sangat menentukan, Fajri dan Sadiman mengaku pasrah dan hanya mengingat sang pencipta. Fajri meminta Sadiman mengumandangkan azan, dan Iren yang beragama Kristiani menyanyikan kidung-kidung rohani.
Sekitar satu setengah jam terkatung-katung, ketiganya pun menyaksikan jasad rekan-rekannya mulai mengapung. Sementara awak kapal kemudian memutuskan berenang membelah ombak tinggi menuju Pulau Sipika untuk mencari pertolongan.
Kepada Gubsu, Fajri menuturkan dialognya dengan Sang Pencipta kala itu. "Ya Allah bila engkau sampaikan ajal ku di sini, aku pasrah. Aku mohon sampaikan badanku ke tepi. Tapi bila tidak, datangkanlah pertolongan," tutur Fajri.
Sambil memegang erat serpihan kayu perahu yang pecah, mereka terus berdoa, mengumandangkan azan dan menyanyikan kidung rohani. Hingga akhirnya pertolongan yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Seorang nelayan lewat dan menyelamatkan mereka menggunakan sampannya.
Mendengarkan kisah perjuangan hidup para PNS Pemprov Sumut Gubsu mengingatkan keduanya bahwa pengalaman tersebut sangat berharga. "Selama dua jam yang menentukan itu, mudah-mudahan dalam diri masing-masing terjawab pertanyaan mendasar tentang kehidupan. seperti siapa kita, untuk apa hadir di dunia dan mau kemana," ujar Gatot yang diamini fajri dan Sadiman.
Gubsu menambahkan bahwa Allah SWT sudah memberikan mereka kesempatan hidup kedua, maka mereka harus bertekad menjalani hidup dengan baik dari yang lalu. "Allah beri kesempatan hidup kedua. Semoga pengalaman berharga ini bisa memberi pengaruh positif," ujar Gubsu yang dalam pertemuan itu mengajak mendoakan rekan-rekan mereka, almarhum Syarun (43), Bahrin Lubis (55), Saidin Purba (40) , Sutrisno dan korban lainnya agar memperoleh tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, kesabaran serta ketabahan.(*)
Comments
Post a Comment