Plt Gubsu Apresiasi Semangat Juang Santri Pertahankan NKRI
Plt Gubsu
Apresiasi Semangat Juang Santri Pertahankan NKRI
Medan, (Mimbar) - Plt Gubsu Ir H T Erry Nuradi MSi mengapresiasi semangat para santri dan ulama dalam mempertahankan Negara Kesatuan RI Indonesia dari pejajahan kolonial.
Karena menurut sejarah, lanjutnya para santri dan ulama
tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1945 berkumpul untuk menyusun strategi
mempertahankan RI dari serangan kolonial yang tidak rela dengan kemerdekaan
Negara Republik Indonesia. "Bukan hanya keagamaan tapi untuk
mempertahankan kemerdekaan RI para santri rela berjuang dan dan mengorbankan
jiwa raganya," kata Plt Gubsu.
Hal tersebut terungkap pada saat Plt Gubsu menerima rombongan Kirab Resolusi Jihad NU ke-70, Kamis, (22/10) di Kantor Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sumut Jl. Sei Batanghari No. 52 Medan.
Diawal acara Plt Gubsu berkesempatan menyambut rombongan
Kirab Resolusi Jihad 70 NU Tahun 2015 selanjut menerima Petaka Kirab dari Ketua
rombongan Drs Ance Selian yang disaksikan Ketua PW NU Afifuddin Lubis, Anggota
DPR RI dari PKB H Marwan Dasofang.
Turut hadir pada acara tersebut Wakil Rois Syuriah KH Imron
Hasibuan, pengurus PW NU Sumut, Rektor NU, pengurus PC NU dari kabupaten/kota
se-Sumut, para alim ulama, muslimat NU, pengurus PKB se-Sumut dan juga para
peserta Kirab Resolusi Jihad 70 NU tahun 2015.
Plt Gubsu juga
menucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat dalam hal ini Bapak Presiden RI
Joko Widodo yang telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri
Nasional. Karena ini merupakan perjuangan yang cukup panjang dari para santri
yang bernaung di NU. "Hasil perjuangan yang cukup panjang selama 70 tahun
akhirnya membuahkan hasil. 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional," sebut
Erry.
Pada kesempatan itu Plt Gubsu juga mengajak kepada seluruh masyarakat NU untuk menjadikan tanggal 22 Oktober sebagai momentum untuk mengingat kembali sejarah perjuangan para pendahulu. "Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarah dan perjuangan para pendahulunya," kata Erry.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Utara Drs Afifuddin Lubis mengatakan resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang di pelopori KH Hasyim Azhari merupakan momen yang sangat penting bagi sejarah yang membakar semangat massa untuk berjuang melawan penjajah yang perjuangan tersebut pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya yang saat ini dikenal sebagai hari Pahlawan.
Menurut Afifuddin bahwa pada awalnya peringatan Resolusi
Jihad NU yang dilaksanakan dengan napak tilas para peserta Kirab Resolusi Jihad
NU ke daerah-daerah yang ada di Sumatera Utara merupakan suatu perjuagan
pemerintah pusat menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
"Alhamdulilah perjuangan yang panjang tersebut telah membuahkan hasil.
Karena Bapak Presiden RI Joko Widodo telah menetapkan 22 Oktober merupakan Hari
Santri Nasional," ujar Afifuddin.
Acara ini, lanjut Afifuddin dapat terlaksana berkat
kerjasama antara NU dan Partai Kebangkitan Bangsa yang sama-sama berjuang agar
22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. "NU dan PKB sama-sama
punya kepentingan agar tanggal 22 Oktober tidak hilang dari sejarah perjuangan
bangsa," ujar Afifuddin.
Pada kesempatan itu tak lupa Afifuddin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak sehingga acara Resolusi Jihad ke-70 NU dapat berjalan
dengan baik dan mengharapkan kepada Pemprovsu agar NU dan Pemprovsu dapat
bersama-sama membangun untuk bangsa khususnya masyarakat Sumatera Utara.
Sementara Ketua
rombongan yang juga Ketua DPW PKB Sumut Drs Ance Selian mengatakan bahwa momen
Resolusi Jihad ke-70 NU yang dilaksanakan hari ini tanggal 22 Oktober 2015
merupakan sejarah yang menunjukkan bahwa NU dan PKB benar-benar telah bersatu.
"Bagaimanapun juga NU dan PKB akan tetap bersama-sama bersatu untuk
memperjuangkan bangsa ini," sebutnya.
Ance pada kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada PW
NU Sumut karena selama melaksanakan perjalanan Resolusi Jihad ke 70 tahun 2015
ini NU telah banyak membantu dan memfasilitasi perjalanan ini sehingga
perjalanan ini bisa berjalanan dengan sukses. "Tak satupun NU yang kami
kunjungi menolak kedatangan kami. Kami disambut dengan hangat dan rasa
kekeluargaan," sebutnya.
Comments
Post a Comment