Pakar Pendidikan Jepang Isyaratkan Pemerintah Harus Fokus pada Budi Pekerti
Pakar Pendidikan Jepang Isyaratkan Pemerintah Harus Fokus pada Budi Pekerti
Medan (Mimbar) - Pakar pendidikan dari
Jepang Mr Keiici Yoshida mengisyaratkan pemerintah harus fokus dan ikut campur
tangan langsung dalam penajaman budi pekerti guna mengukuhkan pembangunan
karakter generasi bangsa.
Keiici Yoshida mengemukakan itu saat
berkunjung ke Pemprovsu diterima Gubsu H. Gatot Pujo Nugroho, S.T, M.Si
diwakili Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut Drs. H. Eddy Syofian MAP, Rabu
(14/5).
Pada kesempatan ini Keiici Yoshida
menyampaikan pokok-pokok pikiran di Kantor Badan Kesbangpol Linmas Sumut di
Medan yang difasilitasi Ketua Program Studi Pembangunan Pasca Sarjana USU Prof.
DR. HM Arief Nasution, M.A yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Kirana.
Mr Keiici Yoshida yang juga Ketua Yayasan
Sekolah tingkat SMP dan SMA Metioko Gujuku beserta rombongan diantaranya Mrs
Mariko Surjanto Head Busines Departemen MIE Busines Center, mengakui di Jepang
pemerintah memang sungguh-sungguh ikut campur tangan dalam pendidikan budi
pekerti dan membangun karakter kebangsaan (nation building).
Dalam dialog ini hadir Kadispora Sumut H.
Bahar Siagian, S.H, MSP, Ketua FKUB Sumut Dr. H. Maratua Simanjuntak, Ketua
FKDM Sumut H. Nurdin Sulistyo Ketua FPK Sumut diwakili JJ Goffal utusan dari
Dinas Pendidikan Sumut dan beberapa sekolah serta Dr Hj T Kemala Intan MPD
Ketua Forum Sumatera Jepang.
Kunjungan ke Pemprovsu melalui Badan
Kesbangpol Linms Sumut dalam rangka 'sharing' atau saling tukar pemikiran dan
dialog tentang membangun karakter bangsa dengan pengalaman atau cara Jepang
melakukannya secara baik.
Mr Keiici Yoshida memaparkan di jepang
setiaophari siswa di sekolah-sekolah menghormat kepada bendera dan mengucapkan
terima kasih kepada negara, orang tua dan guru.
Membangun karakter bangsa
lnjutnya dibentuk setiap hati di seluruh sekolah dengan memadukan ilmu
pengetahuan, seni budaya dan olah raga.
"Di jepang seluruh sekolah berbagai
macam cabang olah raga dan seni dikembangkan sehingga membentuk karakter orang
Jepang yang memiliki pengetahuan yang tinggi, moralitas yang baik dan kesehatan
jasmani prima," ujarnya.
Dia mengakui membangun tatanan moral dan
nilai-nilai kebangsaan harus dilakukan secara serentak dan simultan antara
lingkungan keluarga, sekolah dan mayarakat sehingga penerapan nilai-nilai
berlaku secara bersama.
Di Jepang katanya meski banyak sekolah
internasional yang muridnya berasal dari berbagai bangsa dari sejumlah negara
namun bahasa pengantar di sekolah-sekolah tersebut tetap bahasa Jepang. Enam
bulan sebelum masuk setiap siswa dibekali pembelajaran bahasa Jepang dan
nilai-nilaj budaya Jepang.
Pembelajaran bahasa Inggeris di Jepang
baru dimulai sejak tingkat SMA yang berbeda dengan di Indonesia sejak SD sudah
dibekali bahasa Inggeris. "Tidak boleh kita 'gila' internasional tetapi
mengabaikan 'nation building'," ujar pimpinan Yayasan Jepang.
Di sekolah-sekolah internasional di
negara Jepang juga menganjurkan siswa dari negara lain untuk wajib menghayati
budaya bangsanya dan tidak menghambat aktivitas religi yang dianut
masing-masing siswa.
Dialog tentang membangun karakter ini
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti harus dilakuakab sejak SD sampai SMA
dengan pembekalan ilmu tentang moralitas keteladann para tokoh pejuang dan
pengenalan sejarah bangsa.
Pendidikan olah raga dan seni terus
dikembangkan di seluruh sekolah dan lingkungan masyarakat serta campur tangan
pemerintah dan negara sangat kuat pada pembelajaran budi pekerti dan ada
standarisasi pendidikan secara menyeluruh di seluruh negara Jepang.
Acara diakhiri pemberian cenderamata.
Dialog ini difasilitasi Prof. Dr. Arif Nasution, M.A Ketua Yayasan Pendidikan
Kirana dan Dr. Hj. T. Kemala Intan, MPD Ketua Forum Sumatera Jepang.
Comments
Post a Comment