Gubsu Ajak Sumut Bangkit Kembangkan Persamaan Persempit Perbedaan
Gubsu Ajak Sumut Bangkit Kembangkan Persamaan Persempit Perbedaan
Medan (Mimbar) - Agar lebih maju, bangsa
Indonesia harus bangkit. Terutama generasi mudanya, termasuk di Sumut. Semua
harus bangkit mengembangkan persamaan. Jangan pertentangkan perbedaan.
"Sekarang saatnya Sumut bangkit,
sebagaimana digaungkan Gubsu Bapak H. Gatot Pujo Nugroho. Pesan Pak Gub, mari
bangkit dalam satu ikatan persamaan, persempit perbedaan," ujar Kepala
Badan Kesbangpol Linmas Sumut Drs. H. Eddy Syofian MAP, Selasa (20/5).
Berbicara pada Diskusi Publik Kebangkitan
Nasional bertema Visi Pemimpin Muda Sumut dalam Memperbaiki Bangsa di Kampus
Unimed Medan, Eddy memaparkan realita sejarah kebangkitan Indonesia sejak 1908
dipelopori oleh pemuda.
"Pemuda pelopor kebangkitan.
Yakni, pemuda yang mengembangkan persamaan, memiliki jiwa kepemimpinan besar,
visi dan kinerja besar untuk membangun bangsa," ujar Eddy.
Narasumber lainnya pada pada diskusi yang
dibuka Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si yakni Dedi Iskandar
Batubara S.Sos SH, MSP (calon anggota DPD RI Sumut) dan dr. Sofyan Tan (calon
anggota DPR RI) dengan moderator Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu
Sosial Unimed Dr. Phil Ichwan Azhari MS.
Dedi Iskandar maupun Sofyan Tan intinya
memaparkan kepemimpinan yang dibutuhkan dalam perjalanan bangsa ke depan adalah
kader bangsa yang mau berbuat dari yang terbaik pada dirinya, untuk diabdikan
bagi kemaslahatan bangsa dan negara, dilandasi kekuatan iman dan kecerdasan
tinggi.
Lebih lanjut Eddy Syofian memaparkan
menjadi pemimpin di usia muda adalah sesuatu yang membanggakan. Namun harus
diingat, pemimpin memang mempunyai kekuasaan, tapi bukan untuk menjadi
penguasa.
"Pemimpin adalah pemegang tanggung
jawab untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya mencapai tujuan bersama, bukan
sibuk mewujudkan keinginan sendiri bersama-sama. Pemimpin adalah pelayan, bukan
dilayani," ujarnya.
Dikemukakan, realita bangsa kita adalah
majemuk yang pluralisme dan multikultural. Oleh sebab itu seorang pemimpin
menyikapi perbedaan adalah suatu kenyataan yang bukan untuk dipertentangkan.
Pada kesempatan ini Eddy juga menyinggung
agar generasi muda jangan terjebak menjadi “generasi kepompong” yakni pintar
dan cerdas namun tidak memiliki empati dan tidak perduli nilai kebangsaan.
“Para pemuda termasuk para mahasiswa pesan
Pak Gubsu harus memiliki empati atau kepedulian tinggi terhadap nilai-nilai
kebangsaan,” tegasnya.
Eddy menegaskan komitmen kebangsaan yang
orisinil warisan leluhur yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal
Ika merupakan konsep dasar pembentukan manusia indonesia.
Dipaparkan semangat kebangkitan mulai
1908, 1928, 1945, 1966 hingga saat ini adalah elemen yang harus dipedulikan dan
jangan sampai generasi muda tidak perduli terhadapnya. Semua itu adalah dasar
negara, ideologi nasional serta pandangan hidup dalam peri kehidupan berbangsa
dan bernegara.
“Para pemuda dan mahasiswa jangan sampai
terjebak karena sepatutnya kita sadari bahwa di saat dunia internasional
mengkhawatirkan rendahnya nilai-nilai religi akan melemahkan nasionalisme,
bahkan akan membentuk sifat chauvinisme (sinis), kita mempunyai Pancasila, yang
mengatur tentang aspek ke-Tuhananan,” jelasnya.
Begitu juga di saat masyarakat dunia
sedang gencarnya menegakkan hak asasi manusia, katanya di dalam Pancasila telah
diatur sifat manusia Indonesia yang adil dan beradab.
Peranan dari elemen masyarakat sangat
strategis dari segi kuantitas maupun kualitas. Generasi muda merupakan generasi
penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pembawa pesan dan contoh tauladan di
masyarakat luas atas penghayatan dan aktualisasi nilai-nilai kebangkitan
nasional dalam peri kehidupan secara utuh, komprehensif, dinamis dan
berkelanjutan.
Semangat kebangkitan nasional adalah
merupakan nilai-nilai luhur bangsa yang di harapkan akan menjadi pedoman etika
dan moral generasi muda.
Comments
Post a Comment