Setahun Gubsu, Mahasiswa Bentrok dengan Satpol PP
Setahun Gubsu, Mahasiswa Bentrok dengan Satpol PP
Medan (Mimbar) -
Kelompok mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sumut dan Himpunan
Mahasiswa Al Washliyah Sumut bentrok dengan Satuan Polisi Pamong Praja di
kantor Gubernur Sumut , Selasa (17/6).
Kedatangan mereka sebenarnya untuk mengkritisi setahun kepemimpinan Gubernur Gatot Pujo Nugroho Puluhan mahasiswa yang mengenakan jaket almamater ini masuk ke halaman kantor Gubernur dan membacakan tuntutannya di depan pintu masuk. Mereka ingin berjumpa dengan Gatot dan menolak hanya ditanggapi oleh staf gubernur.
Sekitar pukul 12.
30 WIB, seratus orang personil Satpol PP datang dan berbaris di depan pintu
masuk. Mereka adalah Satpol PP baru. Para pengunjukrasa pun mundur ke tengah
lapangan upacara sambil menyanyikan mars. Mereka juga memplesetkan Lima
Perintah Harian Gubernur Sumut yang terpampang di depan mereka.
Sambil terus bernyanyi,
beberapa orang pengunjukrasa pun mulai menurunkan bendera. Tindakan ini mulai
menimbulkan reaksi Satpol PP. Seorang petinggi Satpol mendekati tiang yang
dikerumuni mahasiswa. Petugas polisi pun melakukan pendekatan. Namun, mahasiswa
tetap berkeras menurunkan bendera.
Petugas Satpol PP
yang mendekati bendera pun semakin banyak. Bentrokan pun tak terelakkan.
Tiba-tiba ratusan petugas Satpol PP mengejar para demonstran yang sebagian
besar langsung kabur menghindari amukan.
Beberapa mahasiswa
berhasil ditarik oleh Satpol PP dan mereka pun saling memukul dan menendang.
Sebagian mahasiswa kabur ke arah depan sebelum akhirnya kembali lagi.
Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Zulkifli Taufik
membantah anggotanya memukul mahasiswa pendemo.
"Yang benar, anggota
Satpol PP hanya mengamankan Bendera Merah Putih yang sedang diturunkan
mahasiswa pendemo di lapangan upacara Kantor Gubernur Sumut," katanya di
Medan, Selasa.
Petugas Satpol PP yang sedang
berjaga-jaga dengan aksi mahasiswa yang masuk ke Kantor Gubernur Sumut secara
refleks bergegas mengambil alih tali bendera yang dipegang mahasiswa.
Karena melihat gerakan Satpol
PP itu, para mahasiswa yang juga terdapat massa wanita berlarian sehingga ada
yang terjatuh.
"Jadi tidak benar ada
pemukulan. Bisa dipertanggungjawabkan soal itu," katanya.
Menurut Zulkifli, sebenarnya
aksi mahasiswa melakukan demo hingga masuk ke kantor Gubernur Sumut dan bahkan
melakukan aksi menurunkan bendera, sudah menyalahi ketentuan.
Ketua Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) Sumut, Qahfi Romula Siregar dan Ketua Umum Himpunan
Mahasiswa Al Wasliyah (HIMMAH) Sumut, Nurul Yakin Sitorus menegaskan aksi
demonstarsi dilakukan karena tidak puas dengan kepemimpinan Gubernur Sumut H
Gatot Pujo Nugroho.
Kepemimpinan Gatot dinilai
gagal antara lain dengan mengacu pada data naiknya jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) Sumut, jumlah penduduk miskin Sumut per September 2013 mencapai
1.390.800 orang atau naik 51.600 orang dari angka di Maret 2013 yang sebesar
1.339.200 orang.
Kebijakan Gatot yang mengganti
pejabat eselon II juga diduga bersifat transaksional karena para pejabat itu
juga dinilai tidak mampu menjalankan tugasnya.
"Gubernur juga dinilai
tidak mempunyai 'grand design' tentang pemerataan pembangunan yang dibuktikan
dengan pemberian bantuan daerah bawahan yang tidak sesuai dengan porsinya
sehingga diduga syarat dengan kepentingan politik dan KKN," kata Nurul
Yakin.
Untuk itu mahasiswa meminta
Gubernur Gatot Pujo Nugroho merealisasikan janji-janji kampanye, kalau tidak
mau dibilang gagal..
Para mahasiswa itu juga
meminta pihak kepolisian, kejaksaan dan KPK mengusut tuntas kasus korupsi
terkait dana bantuan daerah bawahan (BDB).
"Kalau Gubernur Sumut
tidak bisa menyelesaikan semua masalah dengan secepatnya, maka DPRD Sumut
diminta menggunakan hak interpelasi atau pemakzulan terhadap Gatot,"
katanya.
Meski tidak berhasil bertemu
dengan Gubernur Sumut seperti yang diharapkan, para mahasiswa itu akhirnya
membubarkan diri sekitar pukul 14.00 WIB. (04)
Comments
Post a Comment