Masih Muda Narik Becak, Sefwan Tak Malu
Masih Muda Narik Becak, Sefwan Tak Malu
Remaja adalah suatu proses yang dilalui sebelum dikatakan dewasa. Pada anak remaja masa kini, biasanya mereka menghabiskan waktu dan hari-harinya dalam dunia pendidikan yaitu belajar atau sekolah untuk menuju masa depan yang lebih cerah.
Tetapi, berbeda dengan remaja yang satu ini, pada usia yang masih belia ia tak dapat bergabung bersama teman lainnya untuk menginjak bangku sekolah, lantaran kondisi ekonomi keluarga yang tak memungkinkan. Meskipun begitu, ia tak malu untuk bekerja membantu kedua orang tuanya.
Dia adalah Sefwan, remaja yang masih berusia 17 tahun. Anak lelaki ini tengah berjuang menghadapi kerasnya kehidupan di tengah-tengah kota metropolitan ini. Ia tinggalkan sekolahnya demi mencari uang buat memenuhi kebutuhan keluarga.
“Udah dua tahun saya tinggalkan sekolah karena kerja. (Sekolah) saya tinggalkan waktu saya masih SMP, supaya bisa membantu orang tua untuk cari uang bisa buat makan dan beli kebutuhan sehari-harilah,” ungkap Sefwan, saat ditemui, kemarin.
Tepat di Jalan Sisingamangaraja Medan, di sanalah Sefwan mengais rezekinya bermodalkan becak dayung milik ayahnya. Melalui kemampuannya membawa becak dayung tersebutlah yang bisa ia lakukan untuk meringankan beban orang tuanya.
“Saya bisanya bawa becak karena dari kecil sering lihat ayah kalau lagi narik. Udah gitukan cuma pake sepeda jadi gampanglah kayak olah raga aja,” ujarnya.
Ia menceritakan, becak dayung tersebut sebelumnya adalah milik ayahnya. Lantaran zaman yang kian modern, harga kebutuhan pokok yang serba mahal, anak semakin tumbuh dewasa dan menuntut banyaknya keperluan yang harus dipenuhi, sehingga kalau mengharapkan penghasilan ayahnya saja tak cukup untuk memenuhi itu semua.
Kondisi ini yang menjadi beban bagi Sefwan dan keluarganya. Maka, dengan inisiatifnya ia minta izin kepada orang tuanya agar berhenti sekolah dan dapat bekerja guna meringankan beban ekonomi keluarga.
“Saya minta sendiri sama orang tua untuk kerja aja. Orang tua ya maunya anaknya sekolah,tapi mau kekmana lagi karena himpitan ekonomi keluarga, ya beginilah, sekolah kan gak ada yang gratis. Jadi saya minta untuk narik becak aja. Terus, ayah cari kerja lain jadi tukang bangunan, kalau ibu kerja juga jadi buruh pabrik bantal. Dari penghasilan itulah kami dapat penuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Lelaki yang dikenal ramah oleh sesama penarik becak di pangkalannya ini mengakui, dirinya kerap kali ditanyai penumpang tentang mengapa ia tidak sekolah atau mengapa masih muda sudah narik becak.
“Penumpang kadang nanya-nanya gitu, saya gak marah. Saya jawab aja terus terang, kalau saya mau bantu orang tua cari uang untuk beli beras,” ucapnya dengan polos, saat ditemui sedang mangkal di depan Jalan Sempurna, Medan Kota, bersama tukang becak dayung lainnya yang sedang menanti kehadiran penumpang.
Sehari-hari, Sefwan biasanya mendapatkan uang sekitar 20 ribu rupiah karena lebih sering menghantar penumpang pada jarak yang tidak terlalu jauh. “Palingan sekitar Jalan SM. Raja ini aja sampai Hotel Madani, Terminal Amplas, ke Jalan Sempurna atau ke Teladan juga. Pernah penumpang minta antar sampai Marindal bawah. Saya antarin, eh ternyata saya ditipu, ongkosnya gak dibayar sama dia,” ungkapnya.
Selama dua tahun terakhir ini, diakui Sefwan, dirinya semakin banyak mengenal orang dan menjadikan kepribadiannya lebih ramah dari sebelumnya serta lebih tegar dan sabar menghadapi sikap penumpang yang terkadang nakal.
“Sekarang lebih berhati-hati lagi sama penumpang, saya gak mau tertipu lagi. Itulah susahnya cari uang, kita udah baik eh malah ditipu, penumpangnya kabur. Tapi gak semuanya kok, ada juga yang baik bahkan jadi langganan,” paparnya.
Ia mengatakan, penumpangnya yang baik tersebut adalah orang yang sangat menyukai becak dayung. Juga diakuinya, di saat hujan turun lebih banyak penumpang daripada di saat hari panas.
“Kalau hujan banyak sewa, naik becakkan jadi gak basah daripada jalan kaki mungkin ya. Udah gitu, becak dayung pake sepeda ini menurut saya becak zaman, gak berisik, juga ciri khas becaknya orang Medan, jadi saya gak malu narik becak,” ungkap Sefwan.
Sefwan adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya sendiri saat ini dapat menikmati bangku kuliah berkat bantuan dana dari saudaranya. Adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) yang kini menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Dan, Sefwan sendiri mengambil langkah untuk kerja apa adanya meringankan beban kedua orang tua. Asal kedua saudaranya dapat bersekolah, itu sudah menjadi kepuasan baginya. (Fela Felia Batubara)
Comments
Post a Comment