Coffee Morning Pertemuan Segitiga Indonesia - RRT
Coffee Morning Pertemuan Segitiga Indonesia - RRT
Medan (Mimbar) - Hubungan antara Indonesia-Tiongkok khususnya telah berlangsung lama. Tidak saja dalam perekonomian, hubungan kedua bangsa juga bisa dilihat dari budaya dan banyaknya bangunan-bangunan di. Sumatera Utara yang berasiktektur Tiongkok.
Hal ini disampaikan Wagubsu pada Coffee Morning Pertemuan Segitiga Indonesia - RRT (Pemprovsu - Konjen RRT - Pengusaha) dengan Kerangka Bisnis Talk Dalam Mendukung dan Mempercepat Pelaksanaan MP3EI oleh Konjen Republik Rakyat Tiongkok, Sabtu (29/3) di the City Hall Executive Club, Hotel Grand Aston Cittyhall Medan.
Tampak Hadir Konjen RRT di Medan Mr Zhu Hang Hai, Ketua Umum Mitsu PSP dan LIC-Sumut Fajar Suhendra, Ketua Harian Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial Budaya perwakilan Sumut Juswan, Tan Sri Candra beberapa kepala SKPD Provsu seperti Ka dis Bina Marga Provsu Effendy Pohan, Ka BPMP Provsu Purnama Dewi, Ka. Bappeda Provsu Ir Riadil Akhir Lubis dan para pengusaha dari Medan Sumatera Utara dan RRT beserta para undangan lainnya.
Hubungan Diplomatik antara Indonesia juga sudah dibuka sejak tahun 1990 walaupun untuk Sumatera Utara baru terjalin dua tiga tahun belakangan ini.
Pemerintah Indonesia melalui Bapak Presiden telah mengeluarkan keputusan tentang penggantian sebutan nama China menjadi Tiongkok. "Dengan keputusan ini diharapkan semakin erat hubungan antar kedua negara, khususnya antara Sumatera Utara-Tiongkok" ujar Wagubsu seraya mengatakan bahwa Sumatera Utara juga telah melakukan kerjasama dengan provinsi yang ada di Tiongkok seperti provinsi Guan Dong.
Indonesia. dan Tiongkok termasuk 20 besar Negara yang mempengaruhi. Perekonomian dunia. Jumlah penduduk Tiongkok pertama dan indonesia keempat terbesar dari banyak negara-negara di dunia. "Sungguh tepat bagi para pengusaha dari tiongkok menjalin hubungan kerjasama di bidang ekonomi dengan Indonesia khususnya Sumatera Utara," ujarnya lagi.
Sumatera Utara sebagai Provinsi keempat terbesar di Indonesia dan Provinsi terbesar di luar pulau Jawa. Sumatera Utara juga merupakan pintu gerbang Indonesia bagian Barat khususnya wilayah Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diatas 6 persen diatas pertumbuhan ekonomi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional semuanya didukung sumber daya alam dan jumlah penduduk.
Perdangan Sumatera Utara dengan Tiongkok sudah berlangsung lama, namun masih bisa ditingkatkatkan. Banyak peluang yang bisa dilakukan di Sumut seperti pembangunan berbagai proyek infra struktur, program MP3EI yang merupakan program pemerintah untuk mempercepat pembangunan di Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi kedua terbesar yang memproduksi kelapa sawit. Oleh karena Sei Mangke di Sumut merupak pusat Industri yang berbasis kelapa sawit. "Peluang ini bisa dimanfaatkan untuk membuat produk turunan dari kelapa sawit di sei mangke," ujarnya.
Peluang-peluang lain seperti pembangunan jalan tol, pembangunan pelabuhan seperti Kuala Tanjung menurut Wagubsu bisa dimanfaatkan para pengusaha untuk bekerjasama dan berinfestasi di Sumatera Utara. "Dengan ada kerjasama yang baik selama ini diharapkan hubungan kerjasama di bidang perdagangan bisa secara langsung tanpa melalui pihak ketiga," kata Wagubsu.
Selain itu Wagubsu juga mengatakan bahwa bandara Internasional. Kuala Namu baru-baru ini telah diresmikan oleh Presiden RI. Bandara ini bisa menampung 8,2 juta penumpang pertahun dan masih ada peluang dikembangkan dengan membangun terminal yang bisa menampung hingga 15 juta penumapng pertahun. Dengan adanya rencana untuk membangun penerbangan langsung dari Medan-Tiongkok menurut Wagubsu hal ini akan semakin memperat hubungan dan kerjasama baik antara Sumatera Utara. "Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, maka kenali dahulu Sumatera Utara maka para pengusaha akan sayang dan tertarik untuk datang dan berinvestasi," ajak Wagubsu.
Ketua Umum Mitsu PSP Fajar Suhendra mengatakan bahwa pihaknya telah 3 bulan melihat latarbelakang Indonesia khususnya Sumatera Utara dan pihaknya telah melihat banyak potensi yang bisa dimanfaatkan dan banyak peluang untuk bekerjasama dan berinvestasi di Sumatera Utara. Oleh karenanya pihaknya mempunyai keinginan untuk mengajak pengusaha-pengusaha dari Tiongkok untuk melakukan kerjasama dan berinvestasi di Sumatera Utara. "Sumber daya alam dan jumlah penduduk yang ada di Sumut ini membuat kami tertarik mengajak pengusaha-pengusaha dari Tiongkok untuk bekerjasama dan berinvestasi di Sumut," ujarnya.
Untuk mempererat hubungan yang terjalin selama ini katanya pihaknya ingin juga melakukan kerjasama dibebagai bidang. Para pengusaha dari Tiongkok ingin bekerjasama dalam pembangunan infrastur yang ada di Sumatera Utara seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan dan juga ingin membantu mengatasi kekurangan pasokan listrik yang ada di Sumatera Utara selama ini. Ditambahkannya sesuai dengan program MP3I, pihaknya juga ingin bekerjasama untuk mendukung program MP3EI di Sumatera Utara. "Pengusaha-pengusaha dari Tiongkok sangat berambisi untuk bekerjasama dan berinvestasi di Sumatera Utara apalagi dengan baru diresmikannya Bandara Kuala Namu," ujarnya.(#)
Comments
Post a Comment