Prof Syaiful Sagala : Sumut Harus Pacu Ketertinggalan Pasca Sarjana Hadapi MEA
Prof Syaiful Sagala : Sumut Harus Pacu
Ketertinggalan Pasca Sarjana Hadapi MEA
Medan, (Mimbar) - Ketua Program Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr H Syaiful Sagala MPd mengingatkan Indonesia termasuk Sumut harus memacu ketertinggalan masyarakatnya di bidang pendidikan pasca sarjana.
"Jangan lengah. Kita (Sumut) sudah sangat tertinggal dalam pendidikan pasca sarjana strata 2 apalagi 3 (S2 dan S3) untuk bersaing menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah diambang pintu," ujarnya di Medan.
Kepada wartawan, Selasa (29/9) sekembali beliau memandu mahasiswa S3 Program Doktor Manajemen Pendidikan Unimed studi banding ke Malaysia dan Thailand, Prof Syaiful mengakui Malaysia sudah sangat siap di bidang tenaga S2 dan S3 untuk survive di era MEA.
"Kita harus kerja keras untuk ini. Itu sebabnya mahasiswa pasca sarjana kita bawa melihat langsung di negara tetangga," ujarnya didampingi Dr Yasaratodo Wau MPd, Salim Aktar SPd MPd dan Desy Pardede MSi.
Ketua Rombongan Hj Rosmidar SAg MPd Candidat Doktor yang sehari-hari Kabid PUHK Dinas Kominfo Sumut mengemukakan studi banding pekan lalu itu ke University Saint Malaysia di Pulau Pinang dan Prince Shongkla University Thailand.
Prof Syaiful menjelaskan salah satu indikator kemajuan Malaysia di bidang pasca sarjana antara lain terlihat dari kepercayaan internasional terhadap pendidikan magister maupun doktoral yang diselenggarakan negara tetangga ini.
"Di USM Pulau Pinang saja contohnya, terdapat sekira 10.000-an mahasiswa internasional studi di situ, baik dari Timur Tengah termasuk Indonesia bahkan dari Eropa. Ini gambaran tingginya kepercayaan internasional," tuturnya.
Indikator sederhana lainnya, lanjut Prof Syaiful untuk program studi tertentu di USM Pulau Pinang sudah ada yang berada pada peringkat 26 dunia. "Ini suatu indikasi kemajuan pasca sarjana mereka. Sebagai gambaran, di Indonesia peringkat yang terbaik baru barada pada peringkat 200 sampai 300 dunia," jelasnya.
Selanjutnya penggunaan bahasa Inggris sudah hal yang lazim di semua sistem pendidikan. Berbeda dengan di Indonesia termasuk Sumut sistem pendidikan bilingual belum banyak.
"Dari studi banding juga diketahui sarana dan prasarana pascasarjana mereka sudah lebih siap untuk melahirkan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas menghadapi MEA, seperti laboratorium, penelitian dan penerbitan jurnal," lanjutnya.
Khusus dalam penerbitan jurnal ilmiah menurut Prof Syaiful sistem pendidikan pasca sarjana Sumut harus lebih berpacu karena di negara tetangga hal ini sudah menjadi suatu iklim yang luas, di mana tiap-tiap dosen sudah memproduksi buku, bahkan hasil karya tulis mereka sudah dipasarkan di dunia ilmiah mancanegara.
Dari gambaran ini lanjut Prof Syaiful untuk mengejar ketertinggalan pendidikan pascasarjana yang paling utama adalah komitmen pemerintah bersama dengan sivitas akademika yang mengurus perguruan tinggi.
"Jadi tidak sepenuhnya masalah dana, melainkan juga perlu komitmen sungguh-sungguh untuk mengejar kualitas pascasaraja guna melahirkan SDM berkualitas menghadapi MEA," tuturnya.
Dia optimis Indonesia termasuk Sumut mampu lebih maju mengelolala pasca saraja ini jika semua pihak terlibat berkomitmen untuk maju sebab modal SDM Indonesia sesungguhnya luar biasa.
Comments
Post a Comment