Syamsul Arifin Ajak Rajut Kembali Kebersamaan Sumut yang Mulai Renggang


Syamsul Arifin Ajak Rajut Kembali Kebersamaan Sumut yang Mulai Renggang

* Prihatin Gatot masuk jerat KPK dan berharap tabah menghadapinya


Medan, (Mimbar) - Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) Dato' Seri H Syamsul Arifin SE mengajak masyarakat Sumut merajut kembali kebersamaan yang dirasakan mulai renggang. 

Hal itu dikemukakan mantan Gubsu itu pada Halal Bi Halal PB MABMI Sumut di Balai Prajurit Kodam I/BB di Medan, Kamis (31/7) dengan tema Merajut Benang Tamadun Sumatera Utara sebagai pilar NKRI.

Hadir antara lain Kasdam I/BB Brigjen TNI Cucu Sumantri, anggota DPR RI H Hasrul Azwar dan Fadli Nursal, anggota DPD RI H Rijal Sirait, Ketua DPRD Sumut H Ajib Shah, Ketua MUI Sumut Prof DR H Abdullah Syah MA, para Ulama diantaranya DR H Amiruddin MS dan KH Zulfikar Hajar, tokoh lintas agama JA Ferdinandus dan Pastur Moses, para sesepuh Melayu dan tokoh berbagai etnis di Sumut.

Juga hadir Ketua PWI Sumut M Syahrir dan sejumlah pimpinan media Teruna Jasa Said, Farianda Putra Sinik, tokoh pemuda M Syaf Lubis, Darwin Syamsul, Dirut PT Perkebunan Sumut Darwinsyah Nasution,Wakil Walikota Pematang Siantar Koni Ismail Siregar, Pelaksana Rektor USU Subhilhar, Kedatukan empat suku, pengurus MABMI se Sumut antara lain Ketua MABMI Medan Syafwan Khayat.

Syamsul yang juga mantan Bupati Langkat dua periode dan dikenal sebagai Sahabat Semua Suku ini mengakui kebersamaan masyarakat Sumut dirasakan mulai renggang dan muncul gejala individualisme.

"Padahal kebersamaan inilah kunci utama Sumut maju. Untuk memimpin dan mengelola Sumut sebenarnya tidak sulit karena masyarakat Sumut cukup cerdas dan dewasa. Yang penting rajut kebersamaan, jangan lantam, hindari dengki, dendam, khianat dan fitnah," ujarnya.

Rasa kebersmaan yang akan melahirkan kekompakan dan sering bergaul akan dapat dibahas berbagai permasalahan untuk dicari solusinya bersama sehingga tumbuh rasa empati dan peduli.

Syamsul mengemukakan prihatin Sumut belakangan ini banyak masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan secara bersama termasuk persoalan kepemimpinannya yang masih menghadapi masalah hukum.

Tentang proses di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan Gubsu H Gatot Pujo Nugroho sebagai tersangka suap hakim PTUN Medan Syamsul mengemukakan prihatin dan mengajak masyarakat tetap mengedepankan azas praduga tidak bersalah.

"Kita serahkan kepada proses hukum dan jangan dulu beropini salah atau benar karena yang dialami Gatot adalah merupakan resiko suatu kepemimpinan. Saya berbaharap dia tabah menghadapinya dan kepada Ibu Sutiyas (isteri pertama Gatot) diharapkan tetap sabar dan tawakkal," ujarnya.

Lebih lanjut tentang komitmen membangun Sumut dia mengingatkan membangun kebersamaan jauh lebih sulit dan kompleks ketimbang membangun sarana fisik. Karena itu harus menjadi komitmen.

"Untuk mempertahankan Sumut aman dan kondusif, satu jiwa dan satu tekad bersama dengan tokoh masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera berdasarkan iman dan taqwa. Salah satu upaya adalah mengadakan pertemuan tokoh masyarakat dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah untuk membangun sinergi antara tokoh masyarakat dengan Pemerintah Daerah," ujarnya.

Lebih lanjut dipaparkannya membangun kebersamaan seperti yang dilaksanakan di Sumut merupakan program strategis dan mendasar dalam suasana kekinian kita yang saat ini masih diwarnai rasa saling curiga dan menebarnya pandangan keliru terhadap nilai demokrasi yang menjurus kepada eforia dan konflik.

"Tidak ada pilihan lain, Sumut yang heterogen dan dinamis ini hanya bisa kita berhasilkan dengan kebersamaan. Dalam hal ini, semua kabupaten dan kota harus memiliki komitmen yang sama dan saling mendukung dengan provinsi," ujarnya seraya memberi apresiasi atas kehidupan sosial politik yang masih kondusif. 

Sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai macam agama dan etnis suku bangsa dengan nuansa kedaerahan yang kental, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter yang holistic sebagai bangsa.

Hal ini sangat penting karena menyangkut kesamaan pemahaman, pandangan dan gerak langkah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Sepanjang perjalanan bangsa Indonesia telah banyak masalah yang timbul akibat dari kurangnya kecintaan masyarakat Indonesia akan bangsa itu sendiri.

Oleh sebab itu kita harus berupaya untuk menghidupkan terus solidaritas emosional dalam bingkai kehidupan berbangsa, seperti adanya rasa saling membutuhkan, menghargai dan mencintai sesama komponen bangsa sehingga interaksi antar etnis, suku, budaya dan agama dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.

Comments

Popular posts from this blog

Bagian Proyek Jalan Rp 2,7 T di Paluta dan Palas Start Bulan Ini

EDY RAHMAYADI MINTA MAAF SOAL PERNYATAAN MAJU LAGI PILGUBSU

Hendri CH Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Periode 2023-2028 di Kongres XXV di Bandung