Deputy BNPT : Jangan Over Menyikapi Faham ISIS

Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Mayjen TNI Agus Surya Bakti dialog dengan pimpinan ormas Islam, akademisi, aktivis dan intelektul tentang Perkembangan Terkini Radikalisme dan Terorisme di Indonesia, Rabu (20/8) malam di Hotel Grand Antares Medan.

Deputy BNPT : Jangan Over Menyikapi Faham ISIS

* Radikalisme dan Terorisme perlu tetap diwaspadai

Medan (Mimbar) - Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Mayjen TNI Agus Surya Bakti mengemukakan menyikapi faham "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS) hendaklah proporsional dan jangan over.

"Memang kita tetap harus waspada dan fokus. Namun jangan over sehingga menjadi bias dan malah menimbulkan simpati," ujar Agus dalam Dialog Perkembangan Terkini Radikalisme dan Terorisme di Indonesia, Rabu (20/8) malam di Hotel Grand Antares Medan.

Dialog yang digelar BNPT bekerjasama dengan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sumut dihadiri Kasdam I/BB Brigjen TNI Cucu Somantri, Kabinda Sumut Brigjen TNI Tumino Hadi, Direktur Kesbangpol Kemendagri Didi Sudiyana dengan moderator Drs H Eddy Syofian MAP Ketua FKPT Sumut yang juga Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut.

Pada forum ini BNPT dan unsur strategis lainnya saling berkomunikasi hingga larut malam antara lain pimpinan Ormas Islam, Ulama, akademisi, intelektual Islam dan komponen penting lainnya yang juga dihadiri Sekretaris FKPT Sumut Drs Zulkarnain Nasution MA.

Agus memaparkan munculnya gerakan ISIS telah membuat pemangku kebijakan merasa perlu melakukan pencegahan penyebaran berkembangnya benih-benih yang dianggap bisa menumbuhkan radikalisme dan terorisme.

Namun langkah-langkah yang dilakukan jangan terlalu berlebihan serta ditambahnya lagi pemberitaan yang masif, sehingga efek dari itu merembet ke hal-hal yang tidak substansial.

Dari dialog terungkap menyikapinya jangan terlalu over acting karena fenomena ISIS sudah ada sejak zaman dahulu. ISIS saat ini tidak berbeda jauh dengan paham sejenis di masa lalu, hanya saja untuk saat ini ISIS merupakan sikap sekelompok orang yang merasa tidak puas dengan situasi global, yang situasi global itu menunjukkan adanya ketidakadilan negara tertentu atau kekuatan tertentu terhadap umat Islam yang tertindas sehingga ada keinginan mereka untuk membela.

“Jadi pada dasarnya ISIS itu seperti itu. Oleh karenanya kita tidak perlu mendukung ISIS tapi kita tidak perlu juga terlalu over acting menanggapi ISIS,” terangnya.

Peserta meminta dialog seperti ini harus dilakukan oleh FKPT SUMUT secara berkala untuk menyikapi radikasime dan terorisme yang terus berkembang sehingga Sumatera Utara tidak terkontaminasi dengan aksi-aksi radikalisme dan terorisme untuk mewujudkan Sumatera Utara yang damai, aman dan harmonis.

Dari dialog disimpulkan aksi-aksi radikasime dan terorisme muncul karena berbagai kompleksitas, seperti ketidakadilan dalam berbagai bidang, tidak semata-mata hanya karena panggilan agama. Maka dalam hal ini yang perlu adalah pendekatan yang humanis dengan merangkul seluruh olemen masyarakat dengan memberikan pencerahan kepada mereka tentang radikalisme dan terorisme.

Dalam rangka menjalankan program deradikalisasi jangan hanya dilakukan secara struktural seperti yang selama ini kita ikuti, sebaiknya pemerintah dalam hal ini BNPT atau FKPT harus memberikan ruang dan waktu kepada ormas-ormas keagamaan atau kelompok-kelompok masyarakat untuk melakukannya tetapi tetap ada back up dari BNPT atau FKPT sehingga kelihatan bahwa kegiatan ini berasal dari ormas atau kelompok masyarakat tertentu.

Mantan teroris yang sudah bertaubat jangan terlalu dimunculkan ke publik berbicara sebagai nara sumber atau menjadi penganat terorisme. Ini akan menjadi kontra produktif karena akan bias memancing yang lain seprti itu dan kemudian akan bertaubat dan terus menjadi orang yang selalu dipanggil kesana kemari memberikan informasi tentang terorisme. Yang ditakutkan adalah kelupaan akan memberikan informasi yang mengajak orang untuk masuk terorisme.

Juga disimpulkan perlu adanya antisipasi pubersitas keberagamaan di kalangan masyarakat khususnya di kalangan kaum muda melalui kemitraan dengan ulama dan akademisi. Sehingga nanti para generasi muda tidak hanya melihat yang benar itu hanya berasal dari gurunya, tapi ternyata masih banayak hal lain yang membenarkannya.

Comments

Popular posts from this blog

Bagian Proyek Jalan Rp 2,7 T di Paluta dan Palas Start Bulan Ini

EDY RAHMAYADI MINTA MAAF SOAL PERNYATAAN MAJU LAGI PILGUBSU

Hendri CH Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Periode 2023-2028 di Kongres XXV di Bandung