PBB dan Pemprovsu Bahas Penanganan Pengungsi dan Pencari Suaka
PBB dan Pemprovsu Bahas Penanganan Pengungsi dan
Pencari Suaka
# Apresiasi Pemprovsu, Satu-satunya Pemda Sediakan Penampungan Pengungsi
Anak
Medan (Mimbar) - Pejabat Komisioner Tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mengunjungi pusat penampungan pengungsi dan pencari suaka anak-anak milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di Stabat Kabupaten Langkat. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menjadi satu-satunya Provinsi yang bekerjasama menyediakan tempat penampungan bagi pengungsi dan pencari suaka yang berusia di bawah umur.
Demikian diungkapkan Thomas Vargas sebagai Representative UNHCR di Indonesia, didampingi Program Officer UNHCR Indonesia Ayaz Khan dalam kunjungan resminya ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Kamis (12/2). Mereka diterima oleh Plh Sekda Provsu Hj Sabrina yang dalam kesempatan diampingi itu Kepala Dinas Pendidikan Drs Masri, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jumsadi Damanik, Aldo sitompul dari Dinas Sosial Provsu dan Muhammad dari Kesbangpolinmas.
Thomas Vargas mengungkapkan kunjungan resmi ke Sumut untuk memperkenalkan diri dan mengungkapkan terimakasih atas kerjasama Pemerintah Provinsi Sumut yang sudah berkenan menampung pengungsi. "Kami mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah indonesia yang sudah menampung sekitar 11 ribu pengungsi dan pencari suaka, dimana 1.800 diantaranya di tampung di SUmatera Utara ini," ujar Vargas.
Dia menjelaskan, disamping mengunjungi Pemprovsu, pihaknya juga menyinggahi tempat-tempat penampungan pengungsi termasuk diantaranya yang berlokasi di Padang Bulan dan fasilitas penampungan khusus anak-anak milik Pemprovsu di Stabat pada hari Jumat (13/2).
Dalam kesempatan tersebut Plh Sekda mengungungkapkan apresiasi atas kungan resmi UNHCR. Dia menjelaskan bahwa sejak 2013 Pemprovsu mengakomodir permintaan Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia untuk menyediakan tempat tinggal bagi anak-anak pengungsi dan pencari suaka. Pemprov Sumut kemudian mengubah Gedung Balai Pendidikan dan Pelatihan di Stabat untuk dijadikan tempat tinggal bagi pengungsi anak-anak. Selama dua tahun keberadaannya 100-200 anak keluar dan masuk menempati lokasi pengungsian dengan daya tampung 42 anak tersebut.
Dijelaskan Aldo Sitompul bahawa kebutuhan akomodasi anak-anak di bawah usia 18 tahun tersebut dipenuhi oleh IOM (International Organization for Migration). Disamping itu para pekerjas sosial dan DInas Kesehatan juga turut ambil peran dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Pemerintah Provinsi SUmatera Utara merupakan satu-satunya Pemerintah Provinsi yang melakukan kerjasama dalam menyediakan fasilitas bagi pengungsi dan pencari suaka anak-anak.
Vargas menjelaskan, terdapat sedikitnya 46 juta pengungsi di dunia yang kini menjadi urusan UNHCR. Menurutnya banyak krisis yang terjadi di belahan dunia diantaranya Syria, Sudan, Afrika Tengah, Afghanistan dan Myanmar yang menyebabkan banyaknya manusia mengungsi. DIa menyebutkan di Indonesia ada 11 ribu pengungsi dan pencari suaka, sementara Thailand menampung lebih 100 ribu orang, Malaysia lebih 100 ribu dan Banglades 200 ribu orang pengungsi dan pencari suaka.
Vargas mengungkapkan harapan Pemerintah Indonesia dapat menambah lagi jumlah pengungsi yang bisa ditampung sementara pihaknya mencarikan solusi bagi pengungsi. "Kita semua punta tangggungjawab menampung, SUmatera Utara adalah contoh sempurna yang berkenan menampung orang tertindas di negaranya. Dan kami berjanji kami Akan terus cari solusi untuk mencari negara tempat terakhir,"kata Vargas.
Comments
Post a Comment