Sutias Hibur Penyandang Thalasemia
Sutias Hibur Penyandang Thalasemia
Medan (Mimbar) - Ketua Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Sumut Hj Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho menghibur orangtua dan penyandang penyakit thalasemia di Rumah Sakit Sari Mutiara Jalan Kapten Muslim Medan, Rabu (21/1). Dalam acara sosialisasi Thalasemia tersebut Sutias mengajak masyarakat mendeteksi penyakit thalasemia sejak dini.
Hadir acara tersebut Direktur RSU Sari Mutiara dr Tahim Solin MMR, Manager RSU Sari Mutiara Medan dr. Tuahman F. Purba M.Kes, Sp.An, dr Sugiani Sp.A Penanggung Jawab Ruang Inap Talasemia, dr Syaiful Ramadhan Penanggung Jawab Ruang Jalan Talasemia, dr Theresia F Purba dan dr Sahat Pasaribu team dokter pemeriksa Talasemia, dr Rahayu Sp A salah satu dokter anak.
Sutias mengajak para calon pasutri yang akan melakukan pernikahan untuk memeriksakan diri untuk mengetahui apakah memiliki gen pembawa penyakit thalasemia. Sehingga bila terjadi pernikahan pasangan yang normal bisa menerima pasangan yang memiliki bibit penyakit tersebut dan ini tentunya pasangan tersebut saling mencintai dan menerima apa kekurangan pasangannya.
Sutias juga memberi semangat kepada para orang tua penderita thalasemia yang hadir, untuk kuat menerima anak-anak penyandang thalasemia. Dengan kondisi ini sudah tentu anak-anak tersebut kuat bila melihat orang tuanya selalu sabar dan kuat mendampingi mereka.
Tak hanya itu Sutias yakin dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi terus berinovasi, bisa jadi ada cara (obat) untuk penyembuhan penyakit tersebut. "Setiap penyakit dimuka bumi ini pastilah Allah memberi obatnya, hanya saja saat ini belum kita temui. tetapi dengan semakin majunya teknologi saya yakin dan kita percaya pasti ada obatnya," papar Sutias.
Pada kesempatan itu sebagai ketua BK3S Sumut, Sutias akan mengegerak CSR yang mitra BK3S untuk membantu meringankan penyandang talasemia di Medan. mengingat para penyandang talasemia adalah dari masyarakat menegah kebawah.
Sementara dr Rahayu Sp.A mengatakan thalasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia." Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita thalasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) thalasemia, dan 25% kemungkinan bebas thalasemia sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun," ujarnya.
Untuk mencegah terjadinya thalasemia pada anak, pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya. Peluang untuk sembuh dari thalasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita thalasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya ± 12 gr/dL dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh.
Sementara Manager RSU Sari Mutiara Medan dr Tuahman mengajak kerjasama rumah sakit lain yakni RSU Sari Mutiara, Rumah Sakit Adam Malik dan Rumah Sakit Pringadi untuk menangani penyandang penyakit thalasemia dan yang umumnya masyarakat menegah kebawah dan pengguna BPJS Kesehatan.
"Penyandang thalasemia harus melakukan transfusi darah seumur hidup. Dan setiap dua minggu sekali para penyandang tersebut harus transfusi darah. Dan RSU Sari Mutiara memberi fasilitas mulai dari tanpa antrian, layanan kamar yang lengkap tentunya harus peserta BPJS,"ujarnya yang konsen memberi pelayanan para penyandang thalasemia.
Usai sosialisasi Thalasemia , Sutias didampingi Pelaksana Harian BK3S Sumut Junaidi Parapat serta dokter yang hadir pada acara tersebur meninjau pasien thalasemia di sedang transfusi darah di RSU Sari Mutiara.
Comments
Post a Comment