Gubsu : Songket Tren Baru Fashion
# Tahun 2015, Tahun Kebangkitan Songket
Sumatera Utara
Gubsu : Songket Tren Baru
Fashion
Medan (Mimbar) -
Belasan muda-mudi melanggak lenggok memeragakan busana berbahan songket.
Songket yang jamaknya dipakai sebagai kain, baik oleh pria maupun wanita, malam
itu berubah wujud menjadi produk fashion yang unik, menarik dan modern. Hasil
rancangan Tengku Abdul Jabbar yang diperagakan pada Malam pencanangan tahun
2015 sebagai tahun songket Sumatera Utara itu menjadi bukti bahwa songket
merupakan khazanah budaya yang memiliki prospek untuk dikembangkan.
Peragaan
tersebut berlangsung pada puncak Pesta Rakyat Hari Ulang Tahun Provinsi
Sumatera ke-67 di Lapangan Merdeka Medan, Selasa (14/4). Malam itu
songket, kain tenun khas Melayu menjadi primadona. Gubernur Sumatera Utara H
Gatot Pujo Nugroho secara resmi mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun songket
Sumatera Utara.
Nuansah songket
langsung terasa dan mewarnai malam pesta rakyat. Hampir sebagian besar tokoh
Sumatera Utara yang hadir mengenakan pakaian berbahan songket. Tampak hadir
Pemangku Kesultanan Langkat Tuanku Tengku Azwar Azis, Kesultanan Deli, Kesultanan
Serdang Tengku Ahmad Tala'a dan Kesultanan Asahan Tengku Abraham. Ketua TP PKK
hj Sutias Handayani, Wakil Gubernur Sumatera Utara H T Erry Nuradi beserta
istri, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah , kepala SKPD, pimpinan dan anggota
dewan. Sebagian besar mereka mengenakan busana berbahan songket. Gubenur
sendiri mengenakan jas songket berwarna ungu dengan hiasan benang emas, hasil
karya perancang muda Tengku
Abdul Jabbar.
Gubernur
dalam sambutannya mengatakan songket adalah warisan budaya unik khas Melayu.
Keberadaan songket semakin bernilai mengingat saat ini semakin meningkatnya
kalangan menengah baru, yang lebih memperhatikan gaya hidup diantaranya busana
yang berkarakter. Songket bila ditata dengan disain yang modern menurut
Gubernur bisa menjadi produk berkualitas mendunia. "Jika kita bangga,
songket akan menjadi trend fashion baru Indonesia, dan tren global. Untuk itu,
kami mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun songket Melayu," ujar Gubernur.
Pencanangan
tahun songket bertujuan mendorong songket Sumut sebagai salah satu kekayaan
budaya bangsa sekaligus mengembangkannya ke pasar dunia. Sebelumnya digelar
sarasehan “Dengan Songket Menyapa Dunia” di Aula Martabe Kantor Gubsu, Jumat
(10/4). Sarasehan diisi dengan pemaparan pengembangan songket dari pembuat
kebijakan dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Sumut, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) sumut, pihak perbankan, tengku Irham
Kelana dari Cita Tenun Indonesia, serta perwakilan dari Yayasan Bangun Langkat
Sejahtera (YBLS).
Irham Kelana dari Cita Tenun Indonesia mengungkapkan, keberadaan budaya menenun dengan teknik menyungkit (songket) di Sumut hingga saat ini belum banyak dikenal dan dipromosikan sebagai suatu khasanah budaya di Indonesia. “Dia hanya baru dikenal sebagai suatu kekayaan budaya tempatan (daerah asal),” ujarnya.
Padahal, kata
dia, kain tenun songket adalah satu artefak dalam budaya yang berperan sebagai
salah satu jati diri bangsa melayu dengan sebaran mulai dari pulau Sumatera
(Aceh, Sumatera Timur, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan
dan Lampung), Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, dan Ternate,
Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Lombok).
Tenun songket
semula adalah kain para bangsawan yang menunjukkan kemuliaan derajat dan martabat
pemakainya berupa kain mewah aslinya berupa benang emas, kemudian ditenun
menjadi kain cantik dan memiliki motif-motif ciri khas sesuai budaya tempatan.
“Namun dari itu semua, perlu kiranya dilakukan suatu program yang mendorong
percepatan dalam melestarikan dan mengembangkan tenun songket melayu agar lebih
bergaung secara nasional maupun internasional.
Comments
Post a Comment