Sabrina Berharap Sejarah Kesultanan Bilah Dibukukan
MEDAN – Para sejarawan dan pemerhati budaya diharapkan segera
melakukan riset dan membukukan sejarah Kesultanan Bilah. Sehingga para generasi
muda saat ini dan generasi mendatang mengetahui tentang sejarah Kesultanan
Bilah.
Kesultanan Bilah adalah salah satu Kesultanan yang terdapat di
wilayah Kabupaten Labuhanbatu. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.
Raja pertamanya adalah Raja Tahir Indra Alam pada tahun 1623, yang menamai
kerajaannya dengan nama Kerajaan Bilah.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov)
Sumatera Utara (Sumut) Sabrina dalam pertemuan dengan Keluarga Majelis
Pernobatan Sultan Bilah X, di ruang kerjanya, Kantor Gubernur Sumut, Lantai 9,
Jalan Pangeran Diponegoro, Nomor 30 Medan, Kamis (22/8).
“Untuk budayawan, ada baiknya sejarah ini segera kita buat buku.
Soal teknis dan risetnya nanti kita bisa menunjuk Dinas Perpustakaan untuk
membantunya," ucap Sabrina
Hadir mendampingi Sekda, Asisten Pemerintahan Umum HM Fitriyus,
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ria Nofida Telaumbanua dan Kepala Biro
Bina Sosial (Binsos) M Yusuf. Sementara dari Keluarga Majelis Pernobatan Sultan
Bilah X yakni OK Muhammad Muchlis (Ketua Penabalan), Tengku Muchrizad (Pemangku
Adat Sutan Bilah), Tengku Riswansyah (pemerhati budaya), dan Guslan Riswaldy
(setia usaha).
Pada kesempatan itu, Sabrina juga meminta pada seluruh keluarga
dan panitia Majelis Pernobatan Sultan Bilah X, usai acara penabalan Sultan
untuk segera menyusun silsilah keturunan Kesultanan Bilah. "Silsilah ini
menurut saya sangat penting, agar kita tau semua keturunan dari kesultanan
ini," ujar Sabrina.
Sebelumnya, Ketua Penabalan OK Muhammad Muchlis menyatakan,
kunjugan mereka ingin bermusyawarah dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut
tentang rencana penabalan salah satu keturunan Raja Bilah yang akan
diselenggarakan 9 September 2019, di salah satu masjid di Negri Lama, Bilah
Hilir, Labuhanbatu.
"Kita ingin bersinergi dengan pemerintah provinsi. Kita
ketahui juga berdasarkan pernyataan gubernur, beliau akan menghidupkan kembali
kebudayaan Melayu di Sumut. Jadi kita meminta arahan dan nasehat dari
pemerintah untuk penobatan Sultan Bilah Tengku Muhammad Risfansyah cucu dari
Tengku Asnan yang merupakan Tengku besar terakhir di Bilah," ucap OK.
Pada persiapan upacara adat nantinya, OK menyatakan telah
melakukan persiapan yakni dengan membentuk panitia dan telah mengunjungi
seluruh keturunan Kesultanan Bilah yang tersebar di Indonesia, bahkan hingga ke
luar negri untuk hadir dalam acara penabalan tersebut.
OK menjelaskan prosesi acara itu nantinya berlangsung selama 4
hari, dimulai dengan ziarah ke makam leluhur di Negeri Lama, Kota Pinang,
kemudian prosesi adat Mandi Tabal dan Melepas Lancang, disusul Penabalan Sultan
Bilah X di halaman Masjid Sultan Adil, Negeri Lama dan terakhir resepsi yang
akan berlangsung di Kota Medan.
Dijelaskannya, penabalan Tengku Muhammad Risfansyah akan
dikukuhkan oleh Dewan Kerapatan Adat Kesultanan Bilah, Raja-raja yang berada di
wilayah Kesultanan Negeri Bilah, Lembaga Kerapatan Adat Kesultanan Negeri Bilah
dan orang-orang besar bergelar di Kesultanan Negeri Bilah. "Penabalan
Sultan Bilah X sudah ditentukan oleh musyawarah dan mufakat para zuriath,
keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat yang menunjuk Tengku Muhammad Risfansyah
bin Tengku Azman bin Tengku Hasnan," ucap OK.
OK juga menjelaskan sekilas tentang Tengku Muhammad Risfansyah.
Dikatakannya, Tengku Muhammad Risfansyah merupakan putra dari pasangan Tengku
Azman (wafat 10 Desember 1989) yang merupakan putra ke dua Tengku Hasnan (Tengku
Besar Bilah) dengan Tengku Siti Munajat (wafat 19 Januari 1996) binti Tengku
Harun Al Rasyid (Tengku Perdana Menteri Sri Mahkota Kesultanan Deli).
Pasangan Tengku Azman dengan Tengku Siti Munajat ini, dikaruniai
6 orang putra-putri, yaitu Tengku Fazlla (Perempuan), Tengku Nadrani Rifka
(Perempuan), DR Tengku Syarfina SS MHum (Perempuan), Tengku Amalia Zulflna
(Perempuan), Tengku Feria Aznita (Perempuan), Tengku Muhammad Risfansyah.
Putra tertua Tengku Hasnan (Tengku Besar Bilah) adalah Tengku
Musa yang wafat pada tahun 1986 dan putra dari Tengku Musa yang bernama Tengku
Syaifuddin wafat pada 2 Juni 2015 .
Berdasarkan dari kesepakatan zuriath dari Tengku Hasnan (Tengku
Besar Bilah) yaitu Tengku Dicky Rinaldo (cucu Tengku Musa) dan Tengku Zulchair
putra Bungsu Tengku Hasnan (Tengku Besar Bilah) beserta keluarga, juga dari
beberapa zuriath keturunan Sultan Adil Bidar Alam, menunjuk Tengku Muhammad Risfansyah
sebagai penerus Kesultanan Bilah dan berhak memakai gelar Sultan Muhammad
Risfansyah Bidar Alam yang merupakan Sultan Bilah.**
Comments
Post a Comment