Pendemo Tuding Kadisnya Korupsi, Edy Rahmayadi Gebrak Meja : "Saya Bukan Gubernur Kaleng-kaleng"
Medan,
(Mimbar) - Para pendemo kembali mendatangi Kantor Gubsu di Medan, Selasa (27/8)
intinya menuding dua kepala dinas (Kadis) di Pemprov Sumut terindikasi korupsi.
Tidak ingin anak buahnya dituduh sembarangan, Gubernur Sumatra Utara, Edy
Rahmayadi saat menerima perwakilan pengunjukrasa bahkan sampai menggebrak meja
menghentikan dominasi pengunjuk rasa di arena perdebatan.
Hal itu terjadi saat mantan Pangkostrad tersebut menerima sekitar 10 orang
perwakilan pengunjuk rasa dari Pengurus Besar Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti
Korupsi, di Pressroom Kantor Gubsu, Jalan Diponegoro, Medan, Selasa
(27/8/2019).
Dua kadis yang dituding korupsi, yakni Kadis Pendidikan, Arsyad Lubis, dan
Kadis Perhubungan, Abdul Haris Lubis. Keduanya hadir mendampingi Gubernur.
Pengunjuk rasa menuding Arsyad dan Abdul Haris melakukan tindakan korupsi
berdasarkan audit BPK RI Perwakilan Sumut.
Arsyad dituding korupsi dari pengelolaan dan sisa dana bos tahun 2012-2016
sebesar Rp 2,695 miliar. Sementara Abdul Haris dituding korupsi sebesar Rp 4,7
miliar dari kekurangan volume pekerjaan atas 16 paket proyek tahun anggaran
2017 semasa Abdul Haris menjabat Kadis Bina Marga dan Bina Konstruksi Sumut.
Baik Arsyad maupun Abdul Haris menanggapi tudingan pengunjuk rasa itu. Namun
tetap saja pengunjuk rasa tidak terima. Bahkan para pengunjuk rasa mendesak
Gubernur Edy harus mencopot Arsyad dan Abdul Haris dari jabatannya. Kemudian
Poldasu dan Kejatisu didesak segera mengusut dugaan korupsi itu.
Bahkan mereka menggertak gubernur. Jika tidak berani mencopot keduanya, maka
asumsi mereka soal gubernur menumpuk uang untuk kepentingan Pilgub 2023, benar
adanya.
Apa yang dituduhkan pengunjuk rasa itu, membuat gubernur tampak geram. Apalagi
karena para pengunjuk rasa terkesan ingin menguasai arena perdebatan pada
pertemuan itu, hingga kemudian Gubernur Edy menggebrak meja.
Menurut Gubernur, tidak ada alasan baginya memecat kedua kadisnya itu karena
sampai saat ini belum ada satupun lembaga penegak hukum yang menyatakan
keduanya melakukan praktik korupsi.
Namun bila ada kepala dinas yang sudah ketahuan melakukan korupsi, Edy
menegaskan tidak segan-segan langsung mencopot dari jabatan. "Kalau
ketahuan memang dia nyata dan menyalahi hukum hari ini juga dia langsung saya
pecat," tegasnya.
Buruh
Sebelumnya Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi
menjumpai para pengunjuk rasa dari kelompok buruh Federasi Serikat Pekerja
Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP NIBA
SPSI) Sumut, di depan Kantor Gubernur, Jalan Pangeran Diponegoro, Nomor 30
Medan, Selasa (27/8).
Massa dari buruh itu menyampaikan sikap menolak revisi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan meminta Gubernur
Sumut untuk menyampaikan aspirasi mereka ke Presiden Joko Widodo. Karena buruh
menilai rencana revisi itu semakin memberatkan buruh Indonesia karena memuat
soal fleksibilitas status kerja dan upah.
"Nanti pesangon tidak ada lagi, dan pengusaha semakin
semena-mena kepada kami (buruh), untuk itu kami ingin Bapak Gubernur yang sudah
seperti ayah kami, menyampaikan penolakan kami kepada Presiden Jokowi,"
ujar Ketua FSP NIBA SPSI Sumut CP Nainggolan, ketika diterima Gubernur di Ruang
Pers, Kantor Gubernur.
Untuk diketahui, penolakan ini dimulai dari viral di media
sosial tentang draft revisi Undang undang Nomor 13 Tahun 2003 yang dianggap
membahayakan kesejahteraan buruh. Namun Menteri Ketenagakerjaan pun sudah
membantah draft tersebut, dan mengatakan masih dalam tahap kajian.
Menyahuti hal tersebut, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ingin
mempelajari hal tersebut terlebih dahulu. "Saya ini adalah perwakilan
Pemerintah Pusat untuk Provinsi Sumut, sebelum saya sampaikan pada pihak
terkait saya akan pelajari dahulu duduk perkaranya, karena tidak bisa kita
mengatakan A, B dan C kalau belum mempelajarinya, untuk itu berikan saya waktu
untuk mempelajarinya," ujar Edy.
Edy Rahmayadi yang didampingi Kepala Dinas Tenaga Kerja Sumut
Harianto Butarbutar berharap kedepannya agar menyampaikan keluh kesahnya secara
langsung. "Ke depannya, kalau bisa sampaikan saja langsung ke saya, tukang
ojek saja pun bisa langsung bertemu saya, karena kalau begini terus kita, bakal
lari investor yang sudah mau membangun di Sumut, kasihan nanti rakyat
kita," ucap Edy.
Usai menerima perwakilan para buruh untuk berdiskusi di
ruang Pers Kantor Gubernur, Edy Rahmayadi keluar menemui massa aksi.
"Sudah saya terima apa yang kalian ingin sampaikan, sudah bisa kembali,
kasihan rakyat lain terganggu jalannya," ujar Edy, dan disambut tepuk
tangan para buruh sembari membubarkan diri dengan tertib. (04)
Comments
Post a Comment