Pendidikan Ampuh Memutus Mata Rantai Terorisme

Ketua FKPT Sumut Drs H Eddy Syofian MAP yang juga Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut membuka Dialog Pencegahan Radikalisme Terorisme di kalangan Akademisi, Guru dan Mahasiswa yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme(FKPT) Sumut, Rabu (29/9).

Pendidikan Ampuh Memutus Mata Rantai Terorisme

Medan, (Mimbar) - Pendidikan adalah kebutuhan paling dasar manusia karena dapat mengktualisasikan fitrah manusia. Karenaitu pendidikan akan ampuh untuk memutus mata rantai cara berfikir radikal, termasuk terorisme.

Demikian salah satu kesimpulan Dialog Pencegahan Radikalisme Terorisme di kalangan Akademisi, Guru dan Mahasiswa yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumut , Rabu (29/9).

Ketua FKPT Sumut Drs H Eddy Syofian MAP yang juga Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut pada dialog di Hotel Grand Kanaya Medan itu memaparkan pendidikan yang baik hakekatnya adalah mengajar budi pekerti dan akhlak mulia. 

"Secara fungsional kalangan akademisi, guru dan mahasiswa adalah teman yang akrab dan strategis untuk membawa pesan perdamaian dan mencegah faham radikalisme dan ekstrimisme," ujarnya saat membuka dialog didampingi Sekretaris Zulkarnain Nasution MA.

Narasumber yang tampil pada Dialog ini yakni Prof Dr H Syahrin Harahap MA (Guru Besar Universitas Islam Negeri Sumut), Ustad Khairul Ghazali (mantan teroris/mantan mentor Jihadis) dan DR Ichwan Azhari MA.

Dialog berlangsung a lot dan dinamis, terutama pada saat tanya jawab antara narasumber dan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menyampaikan pemikiran-pemikiran kritis pada momen tersebut.

Dari dialog tersebut akhirnya tergambar bahwa mahasiswa menolak tindakan kekerasan apalagi terorisme di negara ini bahkan salah seorang mahasiswa dari USU secara terbuka mengaku semula tertarik dengan doktrin-doktrin radikalisme. 

Namun setelah mendengar pemaparan Ustadz Khairul Ghazali mantan teroris dan mantan Mentor Jihadis maka mahasiswa tadi menyadari terorisme itu tidak benar dan dia spontan menuju podium dan berpelukan dengan Ustadz Khairul Ghazali.

Prof Syahrin menjelaskan bahwa radikalis dan terorisne bukan pada satu agama tertentu justru radikalisne dan terorisme tidak ada sangkut paut dalam agama Islam dan agama besar lainnya.

Pendidikan adalah kebutuhan paling dasar manusia karena dapat mengktualisasikan fitrah manusia yang dapat menganalisis itu secara jernih dan objektif rasional.

Gerakan ektrimis dan terorisme global saat ini secara masif menarik minat anak muda untuk bergabung. Oleh sebab itu tugas utama akademisi, guru dan mahasiswa memutus mata rantai melalaui pendidikan dan pemberdayaan melalui Gerakan Moral Anak Muda Pembawa Pesan Persatuan, Perdamaian dan Kasih sayang.

Ustadz Khairul Ghazali, mantan teroris/ mantan Mentor Jihadis saat pemaparan juga mendapat respon positip dari para peserta dialog. Dia memaparkan aksi teror bukan jihad dan mencari format yang tepat untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Selain fungsi formal dan struktur di elemen masyarakat katanya peran mantan-mantan narapidana teroris juga bersifat strategis. Peranannya setidaknya bisa membantu menyadarkan terhadap pemahaman jihad yang benar.

"Karena program deradikalisasi menitikberatkan pada usaha perubahan mental dan idelologi narapidana teroris sehingga peranan mantan teroris sangat signifikan dalam membantu membuka wacana ke arah perubahan paradigma," ujar Ghazali yang setelah keluar tahanan mendirikan Pesantren khususnya menampung anak-anak keluarga mantan teroris yang putus sekolah.

Comments

Popular posts from this blog

Bagian Proyek Jalan Rp 2,7 T di Paluta dan Palas Start Bulan Ini

EDY RAHMAYADI MINTA MAAF SOAL PERNYATAAN MAJU LAGI PILGUBSU

Hendri CH Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Periode 2023-2028 di Kongres XXV di Bandung