Memaknai Hari Kemenangan, Catatan : Zulfikar Tanjung
Ketua SMSI Sumut Ir. Zulfikar Tanjung
Perguliran
waktu telah kita lalui menunaikan Ibadah Puasa, Insya Allah membuat kita
semakin takwa. Kini kita syukuri hari kemenangan, yaitu Idul Fitri yang penuh
keberkahan, Idul Fitri yang sarat nuansa keampunan Tuhan, mengembalikan diri
kita ke alam fitrah, yaitu alam kejadian kita yang suci.
Ibadah Puasa dengan fungsi utamanya mengekang hawa nafsu, amat penting untuk
membangun kehidupan yang penuh kesucian, yaitu suatu kehidupan yang membebaskan
manusia dari penaklukan hawa nafsu.
Kehidupan seperti ini membangun kemuliaan manusia, yang berarti hidayah Allah
SWT senantiasa mengawasi setiap gerak langkah manusia menjalani kehidupan.
Inilah keberuntungan manusia, sebab dengan ini kehidupan menjadi sesuatu yang
membebaskan manusia senantiasa mendapatkan keridhaan Tuhan.
Namun, jika manusia berpaling dari Allah SWT, atau bila bukan Tuhan lagi yang
mengawasi serta menuntun jalan hidup maka manusia akan tertawan oleh nafsu
dalam kehidupan yang sempit dan memenjarakan seperti dinyatakan Allah SWT : “Barangsiapa
yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang
sempit, dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS.
Thaha: 124).
Dalam konteks perbaikan diri ini, bagi ummat Islam sangat banyak momentum yang
jika dihayati akan benar-benar bisa mengubah hidup ke arah yang lebih baik,
misalnya Idul Fitri yang diyakini sebagai hari suci bagi ummat Islam (bersih
dari dosa), dan Hari Raya Idul Adha sebagai hari solidaritas sosial selain
sebagai hari penundukan mutlak kepada Allah SWT.
Semua momentum tersebut hendaklah diisi dengan kegiatan yang dapat meningkatkan
nilai keimanan seperti Zikir, Haflah dan Do’a seraya melakukan perenungan
(refleksi) dari apa yang telah kita lakukan selama ini.
Zikir dan Do’a merupakan salah satu media bagi ummat manusia untuk
berkomunikasi dengan Sang Khalik guna memohon ampunan, mengadukan segala
problema kehidupan, ataupun ungkapan rasa syukur atas rasa nikmat dan
karunia-Nya.
Allah SWT akan mengabulkan setiap doa sang hamba dan Dia menyatakan sombong
kepada hamba yang tidak mau berdoa kepada-Nya. Do’a juga merupakan intinya
ibadah, karena menunjukkan kecerdasan dari sebuah pengakuan yang tulus akan
kelemahan hamba di hadapan Tuhan. Dan do’a yang dipanjatkan dengan penuh kesungguhan
dan keikhlasan, pancaran cahayanya akan mampu menembus alam malaikat serta
disaksikan dan diamini oleh para malaikat.
Berbekal dari modal iman serta ketulusan maupun keikhlasan kita untuk mengaku
akan kekurangan maupun kekhilafan yang pernah kita lakukan selaku hamba Allah
maupun selaku anak bangsa dari satu negeri yang mayoritas dihuni oleh ummat
Islam, maka perbaikan diri tersebut secara horizontal merupakan wujud ketaqwaan
dan pengabdian kita kepada Allah, sedangkan secara vertikal merupakan wahana silaturrahmi
untuk memperkuat rasa kebersamaan dan soliditas ummat Islam untuk bersatu padu
mengubah perilaku maupun ketertinggalan kita, untuk kita jadikan sebagai modal
sosial dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Dengan senantiasa berdoa dan berzikir kepada Allah SWT maka Insya Allah pribadi
kita masing-masing diberikan cahaya iman yang lebih kuat untuk selalu mengabdi
kepada-Nya dan sebagai anak bangsa kita diberikan kesadaran kolektif untuk
meningkatkan kebersamaan dalam menjaga citra bangsa agar kita selalu diberikan
kekuatan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan serta dijauhkan dari segala
bencana dan cobaan.
Momentum Idul Fitri ini kiranya bermakna memperdalam kesadaran penuhanan kita
kepada Allah SWT dan di bulan baik ini kami menyampaikan selamat Hari Raya Idul
Fitri 1 Syawal 1440 H, Minal Aidin Walfaizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. (*)
Ketua
SMSI Sumut
Comments
Post a Comment