Kalangan Kampus Optimis Sumut Bangkit Diawali Reformasi Birokrasi
Kalangan
Kampus Optimis Sumut Bangkit Diawali Reformasi Birokrasi
Medan (Mimbar) - Kalangan kampus khususnya akademisi FISIP USU optimis
gagasan Gubernur Sumut (Gubsu) H Gatot Pujo Nugroho ST untuk Sumut Bangkit
diawali dengan penataan atau reformasi birokrasi dengan mempertimbangkan
berbagai aspek yang muaranya menukik pada terlaksananya pemerintahan semakin
baik, bersih, efektif dan efisien.
Hal
itu terungkap dalam Dialog Akademis dan Kuliah Umum Kepala Badan Kesbangpol dan
Linmas Sumut Drs H Eddy Syofian MAP di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) USU dihadiri Ketua Departemen Ilmu Sosiologi Dra Lina Sudarwaty MA dan
seratusan mahasiswa Ilmu Sosiologi FISIP USU di Aula FISIP USU di Medan, Sabtu.
Pada
kesempatan ini Kepala Badan Kesbangpol memaparkan panjang lebar dalam tinjauan
akademisi tentang peluang dan tantangan birokrasi partisipatif dalam Sumut
Bangkit yang merupakan slogan dengan konsep Membangun Budaya Kerja dengan
berbasis “Nilai” yang digagas Gubsu dan itu dijadikan sebagai panduan kerja dan
spirit bagi birokrasi di Sumut. Bangkit berkaitan dengan nilai-nilai
organisasi, perilaku utama, budaya organisasi dengan nilai-nilai yang relevan.
Eddy
memaparkan kebangkitan membutuhkan kekuatan spiritual, kekuatan emosional,
kekuatan intelektual, kekuatan sosial dan kekuatan profesional. Kelima kekuatan
tersebut dapat tercermin dalam nilai kata Sumut Bangkit yaitu Religius,
Integritas, Kompeten, Gotong Royong dan Pelayanan.
Nilai-nilai
dimaksud lanjutnya secara garis besar yakni Religius berupa kepatuhan terhadap
nilai-nilai Agama yang diimpelementasikan dalam sistem dan kebijakan
pemerintah. Integritas berupa kesatuan sikap dalam berfikir dan bertindak
secara baik dan benar yang dilakukan secara konsisten menurut norma, hukum,
etika dan sosial.
Kompeten
yaitu memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk bekerja secara
profesional serta sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Gotong
Royong yakni membangun hasil produktif, berkualitas dan bermanfaat melalui
koordinasi, integrasi, harmoni dan toleransi yang dilandasi dengan kesamaan
motivasi, kepercayaan dan komitmen dalam bingkai kekeluargaan.
Pelayanan
yaitu memberikan layanan terbaik kepada pemangku kepentingan dengan tanggap,
cepat, akurat, aman, sepenuh hati dan bersahabat sesuai tata kelola yang baik
dan bersih.
Pada
forum ilmiah ini tersimpul pentingnya reformasi birokrasi yang dijalankan
sesuai dengan fungsinya untuk melayani, alat pemerintah untuk melayani
kepentingan (abdi) masyarakat dan negara yang netral dan bukan merupakan bagian
dari kekuatan atau mesin politik (netralitas birokrasi) guna mencapai tujuan
bersama suatu negara.
Untuk
itu birokrasi harus berubah menjadi birokrasi yang lebih memperhatikan
partisipasi masyarakat, adanya kerja tim serta pengawasan rekan kerja (peer
group) dan atasan bukan lagi merupakan dominasi.
Birokrasi
partisipatif adalah birokrasi dengan wajah yang Tidak Mentang-Mentang, Ojo
Dumeh dan Tulus Melayani. Birokrasi
juga membutuhkan inovasi agar masalah yang demikian tidak muncul lagi dalam era
yang progresif ini.
Birokrasi
tidak bisa lagi dianggap sebagai sebuah dominasi negara, namun sebagai mitra
masyarakat untuk mendorong pembangunan dan memberikan solusi berbagai masalah
di masyarakat.
Oleh
sebab itu Birokrasi Partisipatif
membutuhkan kepemimpinan demokratik, yang dikenal dengan kepemimpinan
partisipatif, sebagai bentuk “style” kepemimpinan baru.
Kepemimpinan
baru itu hadir pada satuan kerja berupa warna birokrasi yang didorong mengambil
keputusan dengan proses bersama kelompok. Ada corak pembelajaran bersama dalam
mengambil keputusan sehingga lebih efektif dan mengarahkan birokrasi menjadi
lebih produktif dan kontributif menuju konsep Good Governance.
Comments
Post a Comment