Dewan Komisaris Dinilai Sumber Kekisruhan Bank Sumut
Dewan Komisaris Dinilai Sumber Kekisruhan Bank Sumut
Medan
(Mimbar) - Krisis kepemimpinan dan carut-marut pergantian pengurus yang membuat
turunnya kinerja Bank Sumut 2013 dinilai tak lepas dari peran Dewan Komisaris
Bank Sumut yang selama ini memaksakan kepentingannya dan mencampuri urusan yang
semestinya menjadi kewenangan Direksi.
Penurunan
kinerja itu dibenarkan Agus Suryadi, pengamat yang dosen di Program
Pascasarjana USU, Minggu (27/4). Dia mengatakan dari laporan keuangan publikasi
Bank Sumut tahun 2013 menunjukkan pertumbuhan dana maupun kredit melambat dan
non performing loan (NPL) memburuk. Selain itu, rasio permodalan (CAR) yang
mendekati batas minimum akan mengakibatkan Bank Sumut sulit melakukan ekspansi
kredit maupun perluasan jaringan.
Bahkan, kata
dia, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) tahun 2014 ini menyatakan outlook
Bank Sumut direvisi menjadi negatif dari yang sebelumnya positif disebabkan
melemahnya kualitas aset Bank Sumut untuk hampir semua kategori aset (konsumer,
komersial, maupun korporasi) serta permodalan bank yang moderat.
Sementara
Bahrein H Siagian pejabat eksekutif Bank Sumut yang dicopot tiba-tiba dari
jabatannya sebagai Pemimpin Divisi SDM, kepada wartawan di tempat terpisah,
mengatakan kekisruhan yang berdampak pada penurunan kinerja ini terjadi akibat
pergantian manajemen yang carut marut.
"Kekisruhan
diawali ulah Komisaris Utama sehingga terjadi pemberhentian dua komisaris
independen pada Januari 2012. Dampaknya Komite Remunerasi & Nominasi (KRN)
otomatis tidak berfungsi dan pergantian dua komisaris independen tak melalui
mekanisme KRN yang diatur dalam PBI. Sehingga sejak saat itu usulan pergantian
direksi pun diproses KRN tidak sesuai PBI,” kata Bahrein yang lima tahun punya
pengalaman sebagai anggota KRN.
Bahkan
ketika periode direksi 2008-2012 berakhir Juni 2012, Bank Sumut selama sebulan
dipimpin Plt. Direksi yang jelas-jelas menyalahi PBI karena belum mengikuti
fit & proper test tapi langsung bertugas. “Untung saja BI waktu itu cepat
tanggap dan melarang kedua Plt. Direksi itu bertugas. Namun seharusnya, kedua
Plt. Direksi itu dikenakan sanksi sesuai PBI yaitu tak boleh lagi menjadi
pengurus bank karena sempat mengambil kebijakan strategis dan telah
menandatangani banyak dokumen bank. Saya punya data dan kronologis lengkap
penyebab kekisruhan Bank Sumut serta siapa yang merekayasa dan bertanggung
jawab," ungkap Bahrein.
Selain
kisruh, dia juga mengatakan penurunan kinerja Bank Sumut karena minimnya rasio
kecukupan modal (CAR) yang berdampak pada terbatasnya aktivitas Bank.
"Penambahan modal itulah yang harusnya menjadi fokus kerja dewan
komisaris,” kata Bahrein yang juga pernah menjabat Pemimpin Divisi Treasuri.
"Ini malah direksi dan pimpinan divisi yang disuruh mengurus tambahan
modal, sementara Dekom jalan-jalan ke cabang dengan dalih mengawal NPL karena
perintah RUPS. Sudah terbalik-balik tugas mereka ini, " tegasnya.
“Di setiap
kesempatan Dekom selalu menyatakan penurunan kinerja bank karena kesalahan
direksi lalu, ketidakmampuan kami sebagai pegawai, fraud yang
terjadi karena salah promosi dan alasan lain yang mengkambinghitamkan kami.
Padahal Dekom itulah sumber permasalahan di Bank Sumut, pemicu iklim tak
kondusif dan keresahan pegawai,” katanya.
Bahrein yang
dikenal vokal ini mengaku pernah mendengar info pencopotan hingga rencana
pemecatan dirinya oleh direksi baru adalah untuk memuluskan langkah Dekom
memperpanjang periodesasi kedua kalinya dan memaksakan masuknya direksi
berikutnya sesuai keinginan Dekom.
Sebelumnya,
ketika ditanya pendapatnya tentang direksi baru dari luar Bank Sumut, Bahrein
mengatakan bukan anti orang luar. “Bagus untuk percepatan Bank Sumut yang saat
ini termasuk kategori bank besar. Tapi mestinya berkualitas dan selektif.
Paling tidak setingkat direksi atau pimpinan divisi di bank besar lain dan
sudah teruji kemampuan manajerialnya.
“Bukan hanya
karena pernah bertugas di luar negeri saja. Kalaulah Bank Sumut sekarang
terpuruk, wajar jika direksinya dari luar untuk memperbaiki. Namun kenyataannya
sekarang berkategori sehat menurut BI, pemegang gelar BUMD terbaik se-Indonesia
tiga kali berturut-turut hingga saat ini. Bahkan berkinerja sangat bagus 12
kali berturut-turut. Sehingga wajar dan pantas rasanya kalau semua direksi Bank
Sumut diberi kesempatan dari pejabat eksekutif internal. Karena internal-lah
yang paling tahu kultur, potensi, situasi dan kondisi Bank Sumut," pungkas
Bahrein.
Comments
Post a Comment