Pengamat Nilai Inovasi Kelapa Sawit Berbasis UKM Sumut Strategis
Pengamat Nilai Inovasi Kelapa Sawit
Berbasis UKM Sumut Strategis
Medan (Mimbar) - Sejumlah pemerhati dari kalangan akademisi dan praktisi menilai Program Hilirisasi Kelapa Sawit berbasis Usaha Kecil Menengah yang diangkat Pemprovsu sebagai Sistem Inovasi Daerah (SIDa) strategis mendorong perekonomian daerah. Gubernur Sumut (Gubsu) H Gatot Pujo Nugroho ST MSi dinilai memiliki komitmen konseptual dengan berinovasi mengembangkan industri hilir kepala sawit sebagai salah satu komoditas unggulan Sumut.
Dalam hal ini Sumut dinilai berhasil dalam
kegiatan hilirasi kelapa sawit berbasis UKM yang telah dikembangkan dengan cara
pengembangan benih unggul kelapa sawit yang terintegrasi dengan sapi dan energi.
Pengamat sosial ekonomi pertanian alumni USU Hafian Tan dan pakar
teknologi Kimia yang juga praktisi perkelapasawitan Sumut Ermin memberi
apresiasi atas keberhasilan dan komitmen Gubsu mengembangkan inovasi ini. Hal
itu diungkapkan menjawab wartawan, Selasa (12/8) menanggapi diterimanya
penghargaan oleh Gubsu dari Wapres berupa Piala Budhipura atas Inovasi Sumut
khususnya dalam mengembangkan industry hilir kepala sawit.
Ermin yang alumni Teknik Kimia USU dan kini Senior Manager di salah satu perkebunan swsta terbesar di Sumut mengakui potensi Sawit dengan industri hilirnya di Sumut cukup besar. Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo (2013), luas kebun rakyat di Sumut mencapai 1.520.000 ha yang terdiri atas kebun rakyat 710.000 ha, kebun milik PTPN 432.000 ha dan kebun milik swasta 387.000 ha.
Oleh sebab itu hilirisasi sawit yang
melibatkan UKM merupakan pilihan strategis dan cerdas, sehingga wajar jika
Gubsu dinilai merupakan tokoh inovatif dalam pengembangan perkelapasawitan.
Hafian Tan juga mengemukakan industri hilir diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Hal ini juga akan bisa menekan volume ekspor CPO terutama di tengah kondisi harga di pasar internasional yang gonjang ganjing. Sumatera Utara (Sumut) sebagai penghasil minyak sawit mentah terbesar di Indonesia katanya potensial mengambil peluang ini dengan membangun industri hilir sawit yang akan bisa menambah nilai produknya. Namun, pembangunan ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Sebab, ada sejumlah regulasi yang harus
diikuti. Selain itu, butuh waktu untuk menarik investor menanamkan modalnya di
sektor ini. “Paling tidak, butuh waktu dua tahun untuk mengembangkan industri
hilir di Sumut. Itu pun tidak bisa langsung sesuai dengan yang
ditargetkan. Tapi jika sudah dimulai dari sekarang, dalam dua tahun ke depan
akan bisa terlihat perkembangannya apalagi ada inovasi yang menggabung beberapa
teknologi kreatif sebagaimana yang dilaksanakan Sumut,” ujarnya.
Sebelumnya Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu), Sabrina, mengemukakan, pemerintah mendorong peningkatan industri sawit di daerah ini dengan membatasi pembukaan lahan sawit baru namun memberikan rekomendasi terhadap perusahaan yang ingin membangun industri hilir.
“Kalau mau bangun industri hilir, pemerintah sangat terbuka tapi jika cari lahan, kami tidak merekomendasikan karena lahannya sudah tidak ada lagi,” ucapnya. Oleh sebab dengan inovasi baru diharapkan industri hilir lebih berkembang dan pengembangan industri sawit ke depannya akan otomatis menekan volume ekspor sebab serapan dalam lokal akan lebih banyak.
Selama ini, serapan minyak sawit hanya sekitar 20-30% dari total produksi nasional yang mencapai 23 juta ton. Jika industri hilir berkembang akan bisa menyerap 50-60% yang otomatis akan meningkatkan jumlah produk hilirnya.
“Hasil produk ini juga tidak mungkin terserap pasar lokal sehingga pengusaha juga akan membidik pasar luar negeri. Tapi sudah berbeda nilainya dari yang selama ini hanya ekspor yang mentah saja,” sebutnya. Lebih lanjut Hafian Tan mengemukakan saat, ini memang menjadi momentum yang tepat untuk mengembangkan industri hilir. Supaya bisa juga mendapatkan nilai tambah di tengah harga minyak sawit yang terus turun.
“Ditengah keterbukaan pasar seperti sekarang ini, pemerintah harus gesit mendorong pertumbuhan sektor hilir dengan memudahkan perizinan dan lainnya. Dengan begitu harga bisa dipertahankan tapi kebutuhan dalam negeri tetap terpenuhi,” ucapnya.
Comments
Post a Comment