Selamat Mengabdi Ketua Herman


Selamat Mengabdi Ketua Herman

Medan, (Mimbar) - Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat H Margiono melantik kepengurusan PWI Sumut masa bakti 2015 – 2020 yang diketuai H Hermansjah SE di Hotel Garuda Plaza Medan, Sabtu (30/1) disaksikan antara lain Plt Gubsu H T Erry Nuradi MSi dan pelantikannya didukung penuh oleh sesepuh pers Sumut yang juga mantan Gubsu Dato’ Serri H Syamsul Arifin SE.
Tentu ucapan selamat mengabdi kepada Ketua Hermansjah dan segenap kepengurusan patut diberikan. Diharapkan di bawah kepemimpinan ketua baru ini PWI semakin eksis terutama dalam menegakkan kembali citra dan martabat media massa yang belakangan ini sering menjadi sorotan publik.

Memamg diakui, mdia massa memberikan peran yang sangat besar dalam membentuk opini, tetapi opini tersebut jangan dibiarkan berkembang tanpa terkendali karena akan membingungkan masyarakat. Akurasi dan esensi berita harus tetap dijaga agar opini masyarakat yang terbentuk mengarah kepada hal-hal yang positif.

Namun secara jujur kita masih menyaksikan ada sebagian penerbitan pers yang terkesan dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan sesaat. 

Begitu banyak keluhan dan pengaduan masyarakat mengenai tingkah laku oknum wartawan atau media pers yang tidak lazim atau menyalahi etika pers. 

Kebebasan pers dan kredibilitas wartawan akhir-akhir ini berada dalam sorotan masyarakat, seperti munculnya penerbitan liar, praktek penyalahgunaan profesi wartawan (istilahnya “wartawan bodrex”) dan masih ada terdengar penerbitan pers yang menggaji wartawan secara tidak memadai, bahkan banyak wartawan yang mengaku bekerja tanpa digaji. 

Kondisi seperti ini menjadi sangat paradoks, sebab di satu sisi wartawan dituntut untuk bekerja secara profesional dan senantiasa harus berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi komunikasi dan informatika, namun di sisi lain, tingkat kesejahteraan dan gaji mereka masih banyak yang di berada di bawah tingkat kelayakan rata-rata. 

Oleh sebab itu dapat diterima logika jika ada yang berpendapat masih banyak wartawan yang sulit mempertahankan idealisme dan profesionalismenya akibat tuntutan ekonomi yang dilatarbelakangi oleh jaminan tingkat kesejahteraan yang masih rendah dari perusahaan penerbitannya. 

Malah yang lebih ironis, muncul kesan ada wartawan yang terpaksa harus “menggadaikan” idealisme tersebut demi tuntutan ekonomi sehingga muncullah berita yang benar-benar tidak proporsional, diduga hanya karena ada yang “mensponsori”-nya.

Disinilah peran strategis PWI untuk mampu mengkoordinasikan pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam penerbitan surat kabar, baik pemilik, unsur usaha dan keredaksian, agar secara bersama-sama mampu bersinerji dalam memperhatikan nasib para wartawan yang muaranya akan meningkatkan kesejahteraan wartawan secara proporsional. 

Dengan tingkat kesejahteraan yang memadai, kita yakin akan tumbuh jurnalisme modern yang idealis, berjiwa pejuang dan profesional, sehingga cita-cita “good media” di daerah ini terwujud sepenuhnya.

Suratkabar yang baik, sehat dan telah melaksanakan “good media” tentu tidak akan membiarkan wartawannya berkeliaran tanpa tujuan yang jelas. 

Surat kabar yang baik akan memberikan kesejahteraan yang cukup kepada wartawannya, sehingga citra wartawan tetap terjaga. 

Surat kabar yang baik juga tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepatutan, misalnya tidak akan membiarkan personilnya mendapatkan iklan secara “menodong” atau memasang iklan tanpa order dan memaksa orang untuk membayarnya.

Ini semua tantangan dan tugas besar organisasi kewartawanan untuk mendisukusikannya dengan unsure-unsur kompeten termasuk dengan pengusaha penerbitan pers sehingga saling mensinerjikan potensi.

Comments

Popular posts from this blog

Direktur Aek Natio Group Raih Gelar Doktor

Gubsu Minta Atlet Sumut Raih Medali di Asian Games Korea

Prosesi Pernikahan Ira Menggambarkan Pengaruh Syamsul Arifin Masih Cukup Kuat