MUI Sumut Tawarkan Pertukaran Mahasiswa Kepada Ulama China

Ketua Majelis Ulama Shanghai, Imam Musa Jin, berfoto bersama tim delegasi muhibbah bersama MUI dan INTI Sumatera Utara dipimpin oleh Prof. Dr. Abdullah Syah, MA dan dr. Indra Wahidin seusai tokoh agama Islam di Shanghai ini menerima delegasi Sumatera Utara di Masjid tertua di Shanghai, yakni Masjid Xiao Tao Yuan belum lama ini.

MUI Sumut Tawarkan Pertukaran Mahasiswa Kepada Ulama China

Medan, (Mimbar) - Kunjungan atau muhibbah sejumlah pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara dan pengurus Indonesia Tionghoa (INTI) Sumut ke sejumlah kota besar di daratan China benar-benar dimanfaatkan untuk mengunjungi sejumlah tokoh muslim setempat. Selain itu, pengurus majelis ulama yang dipimpin ketuanya Prof. Dr. H. Abdullah Syah, MA itu juga melihat dari dekat perkembangan Islam, berikut kebudayaan Islam di China.

Dari kunjungan itu, baik dari delegasi MUI maupun INTI Sumatera Utara telah menyaksikan sendiri, bahwa meskipun hidup sebagai kaum minoritas, kaum muslim di China sejak lama diberi kebebasan seluas-luasnya oleh Pemerintah RRC untuk mengembangkan agama Islam dan menyebarkan agama Islam kepada rakyat China. Terbukti, kian waktu agama Islam tumbuh subur di negara yang dijuluki Negeri Tirai Bambu tersebut.

Sejumlah pemuka dan tokoh Muslim China di tiga propinsi yang dikunjungi delegasi bersama MUI dan INTI Sumut ini, yakni di propinsi Guang Dong, Ningxia, dan Shanghai diketahui bahwa umat Islam di wilayah ini umumnya diberi keleluasaan dalam mengembangkan agama Islam secara otonom.

Menurut Ketua Lembaga Penelitian dan Studi Agama dan Etnik, Institut Guang Dong, Profesor Ma Jianzhao, jumlah penganut agama Islam, di Guang Dong, terutama di ibukotanya yakni Guangzhou, sampai saat ini tidak kurang dari 300 ribu orang atau hanya 1,3 persen saja.

Angka ini terdiri dari 150 ribu kaum muslim dari kalangan pendatang, dan sisanya merupakan warga asli Guang Dong. Jumlah ini memang sangat sedikit dibandingkan jumlah penduduknya yang mencapai angka 12 juta jiwa. Namun perlu diingat, bahwa dibandingkan dua puluh tahun lalu.  "Pada tahun 1980-an, jumlah orang Islam di Guangzhou ini baru 1000 orang saja. Islam berkembang pesat karena pemerintah memberi kebebasan warga di sini untuk bebas memilih agama," kata Profesor Ma Jianzhao, yang merupakan salah seorang cendikiawan China yang sudah beberapa tahun lalu memeluk Islam.

Di Propinsi Ningxia lebih hebat lagi. Propinsi ini satu dari tiga propinsi yang mayoritas dihuni oleh kaum muslimin. Dua propinsi lainnya yang banyak dihuni kaum muslimin di China adalah Chinhan dan Xinjiang. Dari sekitar 6 jutaan warganya, kaum muslim di Ningxia mencapai 2,3 juta orang. Jumlah kaum muslimin di Ningxia, Chinhan, dan Xinjiang ini ikut menyumbang jumlah total kaum muslim di China yang mencapai angka sekitar 23 juta jiwa atau 1,7 persen dari total penduduk China yang mencapai 1,3 milyar jiwa ini.

Saking banyaknya kaum muslimin di Kota Yinchuan, ibukota Ningxia, Pemerintah RRC secara otonom memberikan otonomi khusus kepada umat Islam di Propinsi Ningxia untuk memproduksi seluruh makanan halal baik untuk kepentingan kaum muslimin di China maupun di luar China. Salah satu pabrik khusus memproduksi makanan halal adalah sebuah perusahaan swasta bernama "Salam" yang berada di pinggiran Kota Guangzhou. Sekitar 90 persen pegawai di pabrik "Salam" ini merupakan warga muslim asal Ningxia.

Tim delegasi MUI dan INTI Sumatera Utara berkesempatan mengunjungi pabrik pembuat makanan khusus halal. "Ini sebuah kabar gembira buat umat Islam di sini maupun umat Islam pendatang yang sudah bisa memilih makanan halal di China," ujar Ketua Majelis Ulama Propinsi Ningxia, Yang Fa Ming, kepada rombongan MUI dan INTI Sumut.

Kepada Prof. Ma Jianzhao maupun Yang Fa Ming, Ketua MUI Sumut, Prof. Dr. Abdullah Syah, MA, mengatakan bahwa kunjungan delegasi MUI dan INTI Sumut ke China adalah kunjungan ukhuwah Islamiyah. Beberapa penjelasan terpisah dari Prof. Ma Jianzhao maupun Yang Fa Ming, memancing Abdullah Syah untuk menawarkan kerja sama dalam bidang pendidikan kepada kedua propinsi ini. Salah satunya adalah menawarkan program kerja sama pertukaran mahasiswa dan dosen muslim kedua negara, terutama dari propinsi Ningxia dan Guang Dong dengan Propinsi Sumatera Utara.

Selain Prof. Dr. Abdullah Syah, MA, rombongan muhibbah MUI dan INTI Sumatera Utara ke China ini terdiri antara lain, Sekretaris MUI Sumut, Prof. Dr. Hasan Bakti Nasution, MA, Bendara MUI Sumut H. Ahmad Husein, Dr. Ardiansyah, MA, Dr. Maratua Simanjuntak, MA, Ketua MUI Medan, Prof. Dr. Muhammad Hatta, MA, Rektor Universitas Medan Area (UMA) Prof. Dr. Ali Yakub Matondang, MA, Ketua Persatuan Tionghoa Muslim Indonesia (PITI) Sumatera Utara, Muhammad Ihsan, Mantan Kakanwil Kementrian Agama Sumut, Abdurrahim, Abdul Muin Isma Nasution, Ketua Perwalian Umat Budha (Walubi) Sumut yang juga penasihat INTI Sumut, dr. Indra Wahidin, Wakil Ketua INTI Sumut, Sony Firdaus, Ketua INTI Labuhanbaru, Sujian, dan Sundjadi Law.

Comments

Popular posts from this blog

Direktur Aek Natio Group Raih Gelar Doktor

Gubsu Minta Atlet Sumut Raih Medali di Asian Games Korea

Prosesi Pernikahan Ira Menggambarkan Pengaruh Syamsul Arifin Masih Cukup Kuat