PB MABMI dan Silaturrahmi Berkualitas
PB MABMI dan
Silaturrahmi Berkualitas
PB MABMI yang diketuai Dato' Seri H Syamsul Arifin SE terus komit
menggelorakan semangat silaturrahmi produktif dan berkualitas. Hal itu
merupakan salah satu tekad pada Rapat Pleno Diperluas PB MABMI di Medan, Rabu
(12/10).
Tentu diharapkan akan lahir ide-ide maupun pokok-pokok pikiran
bernas dan cerdas apabila silaturrahmi produktif ini digelorakan dalam
kehidupan sehari-hari mengingat komitmen ini merupakan daya penggerak (starting
point) bagi seluruh pengurus dan warga MABMI se-Indonesia dalam menyatukan visi
dan aksi yang sama dalam menjalankan amanah dari falsafah MABMI yang komit
mencerdaskan kehidupan umat, amanah terhadap budaya luhur, berfikir berbuat dan
bertindak kerakyatan, Islam dan persatuan nasional mendasari perjuangan dan
norma santun serta produktif menjiwai silaturrahmi.
Falsafah dimaksud tentunya akan mampu lebih merekatkan rasa
kebersamaan dalam bentuk ikatan batin rumpun Melayu yang tersebar di seluruh
nusantara yang tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan seremoni yang megah
dan meriah, tetapi juga dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama operasional
yang nyata dan terarah, yang mendukung dan memperkokoh kebersamaan dan
kesejahteraan, yang misi aksinya diprioritaskan pada gerakan bisnis produktif
sesama rumpun Melayu.
Ada tiga hal yang mengenai sejarah Melayu. Pertama, Melayu
merupakan rumpun yang tidak terikat oleh sekat-sekat kultural dalam wilayah
administratif tertentu melainkan tersebar di berbagai negara di dunia termasuk
China dan Afrika Selatan.
Kedua, bahwa rumpun Melayu telah berhasil membangun suatu budaya
yang bisa bertahan terutama di kawasan Asia Tenggara selama berabad-abad dan
ketiga bahwa Melayu tidak bisa dipisahkan dengan Islam.
Melayu selalu identik dengan Islam. Ciri Islam inilah yang
menimbulkan dan menumbuh-kembangkan lahirnya suatu pomeo bahwa membela Melayu
berarti membela Islam, menjaga eksistensi budaya Melayu berarti pula menjaga
eksistensi budaya Islam.
Meski eksistensi budaya Melayu sudah dikenal di seluruh dunia,
namun dalam perjalanannya tantangan yang dihadapi masyarakat Melayu adalah
kekokohan silaturrahmi dan eksistensi budaya Melayu itu sendiri.
Kita sadar bahwa tanpa usaha pemeliharaan dan pelestarian yang
disertai komitmen untuk mengembangkannya maka budaya Melayu dikhawatirkan akan
tenggelam dalam arus globalisasi kehidupan manusia. Apalagi kecenderungan
globalisasi saat ini, dunia bukan melihat pada “siapa yang benar”, melainkan
pada “siapa yang kuat”, seperti yang dikemukakan Dr Mahathir Mohammad.
Akan tetapi kita optimis berbagai upaya yang dilakukan oleh para
tokoh masyarakat Melayu antara lain melalui MABMI yang tentunya akan bersinerji
diharapkan dapat lebih membangkitkan usaha-usaha yang lebih besar yang lebih
konkrit dan lebih meng-eratkan solidaritas masyarakat Melayu sehingga lebih
mendorong lahirnya suatu renaissence dari kebudayaan Melayu tersebut.
Sebuah nilai ke-Melayu-an yang besar dan mengekalkan jati diri ke-
Melayu-an telah terpateri dalam nilai se-aib dan se-malu, se-nasib se-
penanggungan, se-Agama dan se-tali darah, se-nenek dan se-moyang, se-suku dan
se-asal, se-adat dan se-pusaka, se-induk dan se-bahasa.
Nilai inilah yang menjadi semangat masyarakat Melayu dalam wujud
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melahirkan perilaku kehidupan
sehari-hari, yang menumbuhkembangkan kekentalan persaudaraan antar masyarakat
Melayu dan juga mengekalkan rasa kegotongroyongan dan tenggang rasa, tanpa
diikat oleh rasa kesukuan yang sempit. Dengan ini akan semakin kokoh
silaturrahmi produktif.
Comments
Post a Comment