Antisipasi Ancaman Siber pada Pemilu 2019
Foto : Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi (sumber : www.acikepri.com)
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi memaparkan Potensi Ancaman Siber Pada Pemilu Serentak 2019 perlu diantisipasi serius dan sungguh-sungguh demi suksesnya pesta demokrasi nasional serentak ini.
Pernyataan yang diungkapkannya dalam Rapat Koordinasi (Rakornas) Bidang Kewaspadaan Nasional Dalam Rangka Pemantapan Penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Ballroom Grand Paragon Hotel, Jakarta, Rabu (27/03) memang perlu digarisbawahi dengan tinta tebal dan ditelaah objektif.
Betapa tidak, Serangan Siber merupakan serangan yang spectrum dan dampaknya luas bahkan bisa melumpuhkan suatu bangsa terutama saat perhelatan akbar seperti Pemilu serentak ini.
Sejak Pemilu 2004 serangan siber kerap kali mewarnai pelaksanaan Pemilu, tak terkecuali dengan Pemilu serentak tahun 2019 ini. Oleh karenanya kita harus bisa mengantisipasi hal ini secara cerdas dan bijak.
Apalagi, sejak Pemilu 2004, target serangan siber mengalami perluasan. Tak hanya mengarah pada infrastruktur berupa Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), serangan juga menyasar langsung pada Peserta Pemilu.
Oleh sebab itu, BSSN memetakan serangan siber yang menjadi tren pada Pemilu 2019 dalam beberapa parameter dan indikasi yang dimaksudkan agar lebih mudah mendeteksi dan mengantisipasinya sejak dini.
Pertama ; Hack (Peretasan) di mana Hack (Peretasan) adalah serangan yang bertujuan mengganggu infrastruktur yang digunakan dalam Pemilu. Banyak cara yang dilakukan para Hacker/peretas, seperti dengan meretas web penyelenggara Pemilu.
Tren yang pertama adalah Hack, biasanya dilakukan dengan meng-hack web KPU atau penyelenggara Pemilu, misalnya dengan mengganti halaman utamanya, dan lain sebagainya.
Kedua ; Leak yaitu serangan yang berkaitan dengan pembocoran informasi. Leak ini serangan yang targetingnya peserta Pemilu atau peserta kampanye dengan menargetkan data peserta yang bersifat privat untuk dicuri dan dimanfaatkan untuk pihak tertentu.
Ketiga ; Amplify yaitu serangan untuk memviralkan informasi. Serangan ini digunakan untuk menyerang peserta Pemilu atau yang mengarah pada kampanye hitam untuk menjatuhkan lawan dengan bukti kekurangan atau keburukan.
Untuk menghadapi tiga serangan tersebut, BSSN memiliki tiga strategi yang harus dilakukan secara simultan, yaitu : Penguatan Keamanan Aplikasi Penyelenggara Pemilu; Penguatan Infrastruktur Teknologi Informasi KPU; dan Edukasi dan literasi kepada pihak yang terlibat langsung dalam Pemilu.
Namun untuk mengantisipasi hal itu bukan lah pekerjaan mudah melainkan perlu sinerjitas sehingga perlu ada kolaborasi dan kerjasama semua pihak untuk turut serta menyukseskan Pemilu Serentak 2019 yang tinggal menghitung hari menuju 17 April 2019.
Kita menghimbau marilah kita bersama menuangkan semua kemampuan kita untuk menjaga, mengamankan pesta demokrasi. Kita akan bisa melaksanakannya secara tertib, aman, nyaman, jika berkolaborasi bersama.
Oleh sebab itu pernyataan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi yang memaparkan Potensi Ancaman Siber Pada Pemilu Serentak 2019 perlu diantisipasi serius dan sungguh-sungguh demi suksesnya pesta demokrasi nasional serentak ini hendaklah menjadi perhatian semua pihak. (*)
Comments
Post a Comment