Aliran Sesat Berpotensi Konflik Ancaman Bagi Stabilitas Sumut
Aliran Sesat Berpotensi Konflik Ancaman Bagi Stabilitas
Sumut
Medan, (Mimbar) - Meski kondusivitas sosial kemasyarakatan Sumut saat ini masih utuh, namun gejala berkembangnya aliran kepercayaan menyimpang atas nama agama menjadi ancaman yang perlu diantisipasi.
Demikian salah satu kesimpulan Forum Dialog Lintas Agama dan Tokoh Masyarakat dengan narasumber Guru Besar UIN Sumut Prof DR Syahrin Harahap MA, Assisten Intelijen Kejatisu Nanang Sigit Yulianto SH MH dan Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut Drs H Eddy Syofian MAP, Selasa (9/6).
Dialog di Aula Kantor Bupati Langkat di Stabat ini dibuka Wakil Bupati H Sulistianto atas kerjasama Badan Kesbangpol Linmas Sumut dan Pemkab Langkat intinya tentang pemahaman bersama pencegahan kekerasan dan radikalisme serta antisipasi pembinaan aliran sesat di Sumut.
Prof Syahrin menegaskan agama-agama masuk ke Indonesia bersifat damai, bukan dengan kekerasan. Setiap upaya mencegah kekerasan mendapat dukungan dari komunitas agama karena semua agama tidak mengajarkan kekerasan.
"Oleh sebab itu radikalisme bila ada di negeri ini adalah impor dan bukan asli budaya anak negeri," ujarnya seraya menyimpulkan karena radikalisme bukan ajaran agama, maka pencegahannya merupakan bagian integral dari pengamalan agama.
Asisten Intelijen Kejatisu juga mengakui aliran kepercayaan masyarakat telah menunjukkan perkembangan khususnya yang diindikasikan sebagai aliran kepercayaan yang menyimpang atas nama agama atau sesat.
"Sementara itu berbagai permasalahan penodaan agama belum dapat diselesaikan secara tuntas, terutama pelarangan dan pembubaran organisasinya. Kondisi ini merupakan ancaman terjadinya potensi konflik yang dapat mengganggu kondusivitas," ujarnya.
Oleh sebab itu lanjutnya peran Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) atau Tim Pakem sangat strategis di dalam menjaga ketertiban dan ketenteraman umum sehingga harus direvitalisasi.
Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut Drs H Eddy Syofian MAP mengemukakan untuk menangkal kekerasan dan radikalisme maka setiap umat beragama harus memperkuat pemahaman dan penghayatan keagamaannya secara baik dan benar.
Selanjutnya pemahaman multikultural harus semakin mendasari kehidupan masyarakat yang beragam dari berbagai aspek. "Ini patut dikembangkan, bukan saja di kalangan elit, tetapi harus meresap menjadi bagian dari nilai dan persepsi masyarakat luas," ujarnya.
Pada sesi akhir dialog Prof Syahrin mengemukakan beberapa pemikiran untuk mencegah deradikalisasi antara lain mewujudkan pemerintahan yang adil dan pro kebenaran, mengembangkan pemahaman agama yang moderat, penguatan nasionalisme, mengembangkan kesadaran akan humanisme agama, reaktulisasi humanisme kurikulum pendidikan agama.
Dialog ini juga menyimpulkan dialog agama dan peradaban perlu terus dikembangkan, para pemimpin menampilkan keteladanan, mewaspadai gerakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama serta melakukan pencegahan tindakan teorisme sebagai klimaks radikalisme.
Comments
Post a Comment