Gubsu : Kegiatan FDT Bukan Ditiadakan, Metodenya Dibenahi
Gubernur
Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menjawab pertanyaan wartawan, usai
menghadiri suatu acara di Asrama Haji Medan, beberapa waktu yang lalu. (Dokumen
Humas Sumut / ilustrasi)
MEDAN – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menegaskan bahwa agenda unggulan Pemerintah Provinsi (Pemprov) di Dinas Pariwisata, yakni Festival Danau Toba (FDT) akan dievaluasi untuk menjadikan gaungnya lebih besar lagi.
“Kita
(buat) bentuknya yang lain. Seperti ada triatlon, lomba lari, berenang dan
sepeda. Bukan ditiadakan kegiatannya, tetapi bentuknya (seperti) apa,
metodenya. Agar wisatawan itu datang ke Danau Toba,” ujar Gubernur kepada
wartawan, Senin.
Untuk
menggenjot jumlah wisatawan khususnya mancanegara, Gubernur berharap kegiatan
di kawasan Danau Toba sekitarnya bisa diperbanyak. Namun dikemas sedemikian
rupa, menarik dan mengundang orang untuk kembali datang ke sana.
“Makanya
rakyat di sana bisa mendukung. Sehingga orang datang ke Danau Toba, bisa
benar-benar fresh (menikmati), dia mau berpariwisata,” sebut Edy, yang
menegaskan bahwa kesan baik akan membawa wisatawan kembali lagi ke Danau Toba.
Menjelaskan
perihal evaluasi kegiatan FDT dimaksud, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Sumut Ria Telaumbanua menjelaskan bahwa FDT untuk putaran pertama
telah terlaksana di tujuh kabupaten se-kawasan Danau Toba secara bergantian.
Namun beberapa pertimbangan menjadikannya perlu dievaluasi.
Hasil
evaluasi dari pelaksanaan FDT selama ini di antaranya, jadwal pelaksanaan yang
tidak tetap, sehingga menyulitkan agen perjalanan wisata mempromosikannya ke
dalam paket mereka. Kemudian masalah penentuan tuan rumah yang dinilai belum
mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas dan amenitas, seperti ketersediaan
hotel yang mendukung.
Selanjutnya
Ria menyampaikan soal publikasi, karena faktor anggaran yang sedikit. Padahal
wisatawan mancanegara (wisman) perlu diinformasikan. Begitu juga dengan
perhatian pemerintah kabupaten se-kawasan yang membutuhkan penambahan anggaran,
serta minimnya jenis dan jumlah perlombaan terutama menyangkut olahraga air.
“Penentuan
waktu pelaksanaan tidak pada masa liburan, sehingga jumlah pengunjung tidak
seperti diharapkan. Dan setelah 7 kali pelaksanaan FDT, sulit untuk mengukur
keberhasilan baik dari target kunjungan wisman dan pemanfaatan FDT untuk
ekonomi masyarakat setempat,” jelas Ria Telaumbanua, Senin (13/1).
Atas
dasar itu, lanjut Ria, pihaknya berencana memperbaiki konsep FDT yang telah
berlangnsung satu putaran penuh di 7 kabupaten se-kawasan. Termasuk
mempertimbangkan pada 2020 ada momentum perayaan hari besar Agama Islam dan
Pilkada serentak pada periode Juni-Juli. Meskipun pertengahan tahun merupakan
waktu yang cukup baik, karena masa liburan.
“Berdasarkan
diskusi bersama dengan Badan Pengelola Otoritas Danau Toba (BPODT), disarankan
agar FDT berlangsung dua tahun sekali, untuk peningkatan kualitas,” katanya.
Ria
kembali menegaskan, bahwa pelaksanaan FDT periode kedua bukan ditiadakan,
anggarannya masih tertampung di Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumut Tahun Anggaran 2020. Namun perlu
diperbaiki mekanisme penyelenggaraan, penjadwalan, tanggal, penetapan lokasi
serta sinergi antara pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat.
“Tetapi
semua rencana kegiatan selanjutnya masih akan didiskusikan dengan 7
kabupaten/kota, BODT dan Pemprov Sumut. Dalam waktu dekat akan dilakukan
pertemuan pembahasan dengan tentunya menerima arahan-arahan dari Bapak Gubernur
dan Wakil Gubernur,” ujar Ria. (mr)
Comments
Post a Comment